
KARAWANG – Petani di Dusun Pasar, Desa Kampungsawah, Kecamatan Jayakerta, Kabupaten Karawang, terpaksa melakukan perbaikan pintu air secara swadaya setelah hampir 100 hektare sawah kebanjiran pada musim panen akhir tahun 2025.
Genangan air itu diketahui terjadi akibat meluapnya saluran Irigasi Tarum Utara Barat serta jebolnya pintu air di Dusun Pasar yang tergerus derasnya aliran irigasi.
“Pintu air sebenarnya sudah ditutup sebelum panen, tapi air irigasi meluap dan menghancurkan turap,” ungkap Udin, Ketua Kelompok Tani Tani Mukti, Rabu (17/12).
Baca juga: Dari Pedalaman Papua ke Karawang, Perjuangan Ertina Hisage Raih Mimpi Pendidikan
Tak ingin pasrah dengan keadaan, Udin bersama anggota kelompok tani lainnya bermusyawarah agar pada musim panen berikutnya kondisi serupa tidak terulang. Mereka sepakat melakukan perbaikan turap secara swadaya.
Dari hasil sumbangan para pemilik lahan sawah, terkumpul dana sebesar Rp 1.500.000. Pada Selasa, 16 Desember 2025, para petani bergotong royong memperbaiki turap yang jebol dengan pengecoran beton.
Pengecoran dilakukan pada sisi dalam turap dengan kedalaman sekitar 60 sentimeter, lebar antara 20 hingga 100 sentimeter, dan panjang mencapai 5 meter. Untuk menekan biaya, material yang digunakan sebagian berasal dari puing bangunan bekas.

“Material bekas ini lebih murah tapi cukup kuat. Pekerjaan dilakukan dari pagi sampai sore dan selesai dalam satu hari,” jelas Udin.
Baca juga: Warga Karawang Jadi Korban Dugaan Penipuan Berkedok Loker, Polisi Selidiki
Ia menuturkan, pintu air tersebut sebenarnya sudah lama tidak berfungsi. Pada 2022, kelompok tani sempat membuat pintu air darurat dari papan. Namun karena kebutuhan pengaturan air yang mendesak, petani kembali melakukan perbaikan secara mandiri.
“Petani butuh mengontrol air. Mau tidak mau, kami perbaiki sendiri,” tandasnya.
Hasil panen turun
Sa’i, salah satu petani setempat, menyebut kondisi sawah yang kebanjiran itu berdampak pada menurunnya hasil panen. Rendemen gabah petani tercatat turun di bawah 60 persen, sehingga mempengaruhi kualitas gabah.
Meski harga gabah masih berada di atas Harga Pembelian Pemerintah (HPP), petani tetap merugi akibat meningkatnya biaya produksi.
Baca juga: Pupuk Kujang Ubah Sampah Plastik jadi Bahan Bakar Alternatif
“Harga gabah kemarin antara Rp 6.500 sampai Rp 6.800 per kilo, tapi biaya pengangkutan jadi mahal,” ujar dia.
Ia menjelaskan, ongkos jasa angkut gabah dari sawah ke pinggir jalan kini mencapai Rp 10.000 hingga Rp 20.000 per karung, tergantung jarak tempuh.
“Biaya tersebut meningkat karena akses jalan rusak dan berlumpur akibat terendam air,” keluhnya. (*)







