Beranda Advertorial Diklat Wawasan Kebhinekaan Global untuk Mahasiswa PPG Pascasarjana UM

Diklat Wawasan Kebhinekaan Global untuk Mahasiswa PPG Pascasarjana UM

Diklat wawasan kebhinekaan um
Kelompok mahasiswa PPG Dalam Jabatan Fisika Kelas 002 Kategori 1 Gelombang 2 Kemdikbud Tahun 2023 Universitas Negeri Malang (UM) menggelar Diklat Wawasan Kebhinekaan secara daring.

MALANG – Program Studi Pendidikan Profesi Guru (PPG) Fakultas Pascasarjana Universitas Negeri Malang (UM) menggelar Diklat Wawasan Kebhinekaan Global pada Minggu, 5 November 2023.

Kegiatan ini diikuti oleh kelompok mahasiswa PPG Dalam Jabatan Fisika Kelas 002 Kategori 1 Gelombang 2 Kemdikbud Tahun 2023 secara daring.

Dalam diklat ini, beberapa topik menarik disajikan oleh pemateri Prof. Dr. Parno, M.Si, CRA dan Dr. Sujito, S.Pd, M.Si.

Program ini diketahui berdampak dalam meningkatkan pemahaman toleransi dan menumbuhkan sikap toleran pada guru dan tenaga kependidikan dan menjadikan guru dan tenaga kependidikan (GTK) sebagai agen promosi toleransi kebinekaan.

Perwakilan kelompok Fisika 002 PPG Dalam Jabatan 2023, Rumiyati menuturkan, terdapat 4 topik yang menarik di antaranya, topik pertama bertema “Dunia yang berwarna Tentang Kebinekaan Global“.

Topik ini membawa mahasiswa pada fakta asal usul bahwa setiap manusia di dunia ini beragam, bahkan melalui tes DNA ditunjukkan bahwa asal usul nenek moyang setiap orang tidaklah tunggal.

“Kita juga belajar bahwa semakin kita beragam maka semakin membuat kita jauh lebih cerdas,” kata dia dalam keterangannya, Kamis, 9 November 2023.

Topik kedua yakni bertema “Negeri Penuh Harmoni tentang Kebhinekaan Indonesia“. Topik ini menjelaskan lebih jauh tentang keragaman Indonesia sebagai sebuah karunia dari sang pencipta. Ada juga tantangan yang dibahas serta solusi bagaimana mengatasinya.

Kemudian topik 3 yang bertema “Damai Mulai Dari Dini tentang Damai Dengan Diri“. Dikatakannya, topik ini seperti refleksi, mengingatkan diri sendiri bahwa setiap diri punya identitas, dan identitas kita yang unik tidak perlu dibandingkan dengan identitas orang lain. Setiap orang punya kelebihan dan kekurangan masing-masing.

“Lalu topik 4 yang bertema ‘Sekolah Bhineka’. Topik ini memberikan contoh praktis bagaimana menerapkan nilai-nilai toleransi di sekolah atau kelas dalam bentuk program kebinekaan,” katanya.

Kemudian di topik 5 atau yang terakhir bertema “Sekolahku yang Damai”. Topik ini memberikan pemahaman kepada peserta akan sekolah yang aman, nyaman, serta apa saja tantangan dan solusinya.

Dia menyebutkan, ada beberapa manfaat yang diharapkan dari program kebinekaan ini bagi guru baik secara teoritis maupun praktisnya nanti ketika kembali ke Sekolah.

Seperti memperkuat pemahaman guru baik secara konseptual maupun praktis akan terciptanya budaya toleransi yang didasarkan atas penghargaan akan nilai-nilai kemanusiaan, nilai-nilai ajaran agama, nilai-nilai budaya atau local wisdom, dan praktik baik yang sudah dilakukan oleh penggerak pendidikan di Indonesia.

Melalui diklat ini juga diharapkan dapat memberikan pengalaman kebinekaan yang diharapkan bisa diterapkan dan diperkuat juga dalam lingkup lingkungan pendidikan dimana kepala sekolah dan guru bertugas, sehingga budaya saling menghargai akan keragaman sebagai basis adanya sekolah yang aman dan nyaman bisa tercipta.

“Output diklat ini juga diukur dari kontribusi peserta program dalam ikut aktif mempromosikan budaya toleran baik di lingkungan sekolah maupun kelas,” tutupnya. (*)