JAKARTA – Tingginya harga daging babi menjadi permasalahan serius bagi Pemerintah China. Pasalnya, daging babi adalah makanan favorit bagi warganya.
Untuk itu mereka berupaya mengatasi persoalan itu dengan membangun ‘hotel’ babi.
Hotel ini adalah peternakan babi vertikal yang berada di di Ezhou, Provinsi Hubei, China. Peternakan milik Zhongxin Kaiwei Modern Farming ini memiliki 26 lantai sehingga seringkali disebut-sebut sebagai ‘hotel babi’.
Menurut pernyataan di akun resmi WeChat
perusahaan, peternakan babi tersebut memiliki dua bangunan. Di belakang lokasi operasional, sebuah bangunan serupa dengan skala yang sama hampir selesai dibangun.
Ketika sepenuhnya beroperasi, mereka akan menyediakan area gabungan seluas 800.000 meter persegi. Ini muat untuk 650.000 babi.
“Bangunan ini juga memiliki sistem pengolahan limbah berbasis biogas yang akan mengubah kotoran babi menjadi energi bersih untuk pembangkit listrik dan pemanas,” muat CNBCIndonesia, dikutip, Selasa, 17 Oktober 2023.
Keberadaan peternakan itu sendiri menuai kekhawatiran dari warga. Seorang petani yang tinggal dekat dengan peternakan mengaku khawatir peternakan dapat menyebabkan masalah bau ketika beroperasi penuh.
“Saya dengar babi yang dipelihara di peternakan ini bisa siap dijual dalam beberapa bulan, dan dulu, kami memerlukan waktu sekitar satu tahun untuk memeliharanya. Tapi menurut saya seiring kemajuan teknologi, ini akan menjadi tren di masa depan,” ujarnya.
China telah mencoba meningkatkan produksi daging babinya beberapa tahun terakhir. Negara itu sempat kehilangan sebanyak 100 juta babi akibat penyakit demam babi Afrika (ASF) antara tahun 2018 dan 2020.
Dalam kebijakan yang dikeluarkan pada tahun 2019, Kementerian Pertanian dan Urusan Pedesaan China mengatakan akan mengizinkan pembangunan fasilitas peternakan bertingkat tinggi. Pengumuman ini disambut baik oleh investor, termasuk Kingkey Smart Agriculture, yang dilaporkan mengatakan model produksi bertingkat tinggi lebih efisien, aman secara hayati, dan ramah lingkungan.
“Dibandingkan dengan metode peternakan tradisional, peternakan babi di dataran tinggi lebih cerdas, dengan tingkat otomatisasi dan keamanan hayati yang tinggi. Pada saat yang sama, hal ini mempunyai keuntungan dalam menghemat sumber daya lahan,” kata seorang profesor di Institut Ilmu Hewan di Akademi Ilmu Pengetahuan Pertanian China, Zhu Zengyong.
Namun, para ahli lain mengatakan peternakan intensif berskala besar meningkatkan kemungkinan wabah penyakit yang semakin besar. Apalagi dengan kedekatan para babi yang dibatasi oleh jumlah ruang yang ada.
“Fasilitas yang intensif dapat mengurangi interaksi antara hewan peliharaan dan liar serta penyakit yang mereka derita, namun jika suatu penyakit masuk ke dalam tubuh, maka penyakit tersebut dapat menyebar antar hewan seperti kebakaran hutan,” kata Matthew Hayek, asisten profesor studi lingkungan di New York University. (*)