TVBERITA.CO.ID – Hikikomori merupakan fenomena sosial yang pertama kali diidentifikasi di Jepang. Istilah ini mengacu pada individu yang memilih mengasingkan diri dari kehidupan sosial, bahkan dari keluarga. Mereka cenderung menghabiskan waktu berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun di dalam kamar, menghindari interaksi sosial sepenuhnya.
Fenomena hikikomori ini kerap dikaitkan dengan tekanan hidup modern, seperti tuntutan pendidikan, pekerjaan, atau ekspektasi keluarga. Dalam banyak kasus, individu yang mengalami hikikomori merasa tidak mampu memenuhi harapan sosial sehingga lebih memilih mengisolasi diri. Fenomena ini tidak hanya terbatas pada Jepang, tetapi mulai terjadi di berbagai negara, termasuk Indonesia.
Baca juga: Kepribadian dan Bentuk Mata: Apakah Ada Hubungannya?
Para hikikomori biasanya menunjukkan gejala seperti kecemasan sosial, depresi, atau perasaan tidak berdaya. Ketergantungan pada teknologi juga menjadi salah satu faktor pemicu, di mana internet menyediakan ruang pelarian yang terasa lebih aman daripada dunia nyata. Akibatnya, interaksi sosial di dunia nyata tergantikan oleh hubungan virtual yang kurang mendukung pemulihan psikologis mereka.
Namun, hikikomori bukanlah sekadar pilihan hidup, melainkan sering kali merupakan gejala dari masalah psikologis yang mendalam. Intervensi yang tepat diperlukan untuk membantu mereka kembali beradaptasi dengan lingkungan sosial. Keluarga dan komunitas memiliki peran penting dalam mendukung pemulihan, seperti dengan menciptakan lingkungan yang menerima dan tidak menghakimi.
Baca juga: Positif Palsu pada Test Pack: Penyebab dan Penjelasan
Peningkatan kesadaran akan hikikomori sebagai fenomena sosial penting untuk dilakukan. Dengan memahami penyebab dan dampaknya, masyarakat dapat memberikan dukungan yang lebih baik bagi individu yang mengalami kondisi ini. Fenomena hikikomori mengingatkan kita akan pentingnya kesehatan mental dan hubungan sosial yang sehat dalam kehidupan manusia. (*)