TVBERITA.CO.ID – Fenomena pemutusan hubungan kerja (PHK) yang menimpa pekerja generasi Z (Gen Z) semakin sering terdengar. Gen Z, yang lahir antara 1997 hingga awal 2010-an, memiliki gaya kerja dan harapan yang berbeda dibandingkan generasi sebelumnya.
Perbedaan ini rupanya memicu beberapa tantangan di tempat kerja dan bahkan menyebabkan beberapa perusahaan memutuskan hubungan kerja dengan mereka. Mengapa hal ini bisa terjadi?
Baca juga: Perasaan Kosong: Mengapa Terjadi dan Bagaimana Mengatasinya
Salah satu alasan utama adalah perbedaan ekspektasi dalam hal fleksibilitas kerja. Gen Z dikenal mengutamakan keseimbangan hidup dan kerja, serta cenderung menolak aturan kerja yang kaku. Banyak dari mereka menginginkan jam kerja yang fleksibel dan kesempatan bekerja dari rumah.
Namun, bagi perusahaan yang masih menerapkan sistem kerja tradisional, ekspektasi ini dinilai sulit untuk diterima. Akibatnya, ketidaksesuaian antara harapan karyawan dan kebijakan perusahaan dapat menyebabkan konflik dan berujung pada pemutusan kerja.
Selain itu, Gen Z memiliki kebiasaan untuk lebih vokal dalam mengutarakan pendapat mereka, terutama terkait dengan lingkungan kerja yang adil, inklusif, dan mendukung kesehatan mental.
Beberapa perusahaan yang kurang terbiasa dengan sikap kritis ini mungkin merasa tidak nyaman dan menganggapnya sebagai sikap tidak kooperatif atau sulit diajak bekerja sama. Hal ini bisa memicu PHK karena perusahaan merasa karyawan tidak sesuai dengan budaya yang ada.
Tingkat ketahanan yang berbeda juga menjadi pertimbangan. Generasi Z kerap distereotipkan sebagai generasi yang mudah bosan atau kurang tahan terhadap tekanan kerja.
Meski anggapan ini tidak selalu benar, beberapa perusahaan mungkin melihat karyawan Gen Z kurang adaptif terhadap lingkungan kerja yang dinamis dan bertekanan tinggi, sehingga memilih untuk mengakhiri hubungan kerja.
Baca juga: Mengungkap Manfaat Beras Merah: Menu Diet yang Kaya Nutrisi
Namun, penting bagi perusahaan untuk memahami karakteristik unik dari setiap generasi dan mencari solusi agar kolaborasi lintas generasi dapat tercipta dengan baik.
Dengan pemahaman dan penyesuaian dari kedua belah pihak, potensi Gen Z dapat dioptimalkan tanpa harus berujung pada PHK. (*)