KARAWANG – Krisis berkepanjangan akibat anjloknya harga rajungan dirasakan ratusan nelayan Pasirputih di Desa Sukajaya, Cilamaya Kulon, Karawang.
Merosotnya harga rajungan disebut karena terdampak perang Rusia-Ukraina. Akibatnya, sejumlah negara di Eropa termasuk Amerika menghentikan impor rajungan dari Karawang.
Dalam kondisi normal, harga rajungan di kisaran Rp 140 – 150 ribu per kilogram. Namun dalam 2 bulan terakhir, harga rajungan di titik nadir, hanya Rp 40 ribu per kilogram.
Baca juga: Tim Pertamina Regional Jawa Berhasil Padamkan Kebakaran Perahu Nelayan
“Dulu lazim terjadi penurunan harga, tapi bulan berikutnya naik dan stabil lagi, tapi kalau sekarang ini, sejak lebaran Idul Fitri sampai sekarang terus menerus rendah berkepanjangan,” ungkap Kades Sukajaya, Duladi Saputra, Jumat (19/8/2022).
Menurut Duladi, rajungan biasa dijual ke para pengepul untuk dipasok ke pabrik dan diekspor ke Amerika dan Eropa. Tetapi saat ini pabrik dikabarkan sulit mengekspor sejak pecahnya perang Rusia-Ukraina.
Alhasil harga rajungan semakin merosot.
“Belum lagi mulai banyaknya pesaing dari negara tetangga bikin permintaan rajungan dari Karawang lesu.”
“Ada juga pasar domestik, tapi tidak sebesar minat pasar ekspor, sehingga pemasaran domestik harga jualnya juga belum sebanding dengan biaya perbekalan nelayan saat melaut,” katanya.
Baca juga: Tim Pertamina Regional Jawa Berhasil Padamkan Kebakaran Perahu Nelayan
Di sisi lain, kata dia, nelayan yang mengalami paceklik belum ada sentuhan dari pemerintah untuk antisipasi krisis yang dialami.
Pihaknya berharap Pemkab Karawang turun tangan untuk mengatasi persoalan tersebut.
“Kita tidak bisa berbuat banyak selain meng-cover bantuan lewat program bansos BPNT dan PKH misalnya, kita harap ada formulasi dari Pemkab agar nelayan yang terdampak ini, ada sedikit kadeudeuh tambahan di masa paceklik akibat harga rajungan rendah,” pintanya. (kii)