TVBERITA.CO.ID – Pengamat kesehatan Timboel Siregar menyarankan pemerintah untuk mengevaluasi skema penyaluran program makan bergizi gratis (MBG) yang saat ini dijalankan pemerintah pusat. Ia menilai, opsi penyaluran anggaran MBG langsung kepada orang tua siswa patut dipertimbangkan guna meminimalisasi risiko keracunan makanan yang belakangan terus berulang.
“Pengelolaan MBG sebaiknya dikembalikan kepada orang tua, dengan memberikan uang tunai yang dapat mereka gunakan sesuai kebutuhan dan selera anak. Mustahil orang tua akan sembarangan memberi makan hingga anaknya keracunan,” kata Timboel.
Menurutnya, kejadian keracunan berulang justru menjadi bukti kegagalan Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, dalam menjalankan program MBG. Ia juga menyoroti sikap Dadan yang dianggap terlalu percaya diri usai mendapat pembelaan dari Presiden Prabowo Subianto dan menyebut keberhasilan program MBG mencapai 99,99 persen.
Baca juga: DPRD Sentil Disdikpora Gegara Siswa SDN di Karawang 3 Tahun Belajar di Emperan Kelas
“Narasi keberhasilan 99,9 persen itu tidak pantas digunakan sementara di sisi lain banyak anak-anak kita justru menjadi korban keracunan,” tegas Timboel.
Lebih jauh, ia menilai BGN lalai karena hingga kini belum memiliki sistem yang menjamin keamanan makanan MBG. “Pemerintah belum punya sistem yang memastikan kejadian keracunan tak terulang lagi. Ini seharusnya menjadi jaminan keamanan dalam pelaksanaan MBG,” ujarnya.
Sebelumnya, Dinas Kesehatan Kota Bogor melaporkan jumlah pelajar yang mengalami keracunan makanan MBG mencapai 171 siswa dari 13 sekolah. Kepala Dinkes Kota Bogor, Sri Nowo Retno, mengatakan pihaknya telah melakukan penyelidikan epidemiologi lanjutan bersama puskesmas serta koordinasi dengan rumah sakit untuk pengambilan sampel muntahan pasien.
“Korban baru yang terdata hari ini sebanyak 135 orang, sehingga total korban menjadi 171 siswa,” ujar Sri.
Kejadian serupa juga dilaporkan di berbagai daerah lain. Di Tasikmalaya, Cianjur, Bandung, dan Karanganyar, tercatat 742 siswa mengalami gejala keracunan usai mengonsumsi makanan MBG, dengan keluhan seperti diare, muntah, dan demam. Sementara itu, di Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), Sumatera Selatan, 121 siswa juga menjadi korban keracunan massal.
Baca juga: Dari Balik Jeruji ke Jalan Damai: Dua Napi Terorisme di Karawang Kini Dinyatakan Bebas
Meski demikian, Dadan Hindayana tetap membela program MBG. Dalam pernyataannya di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (6/5/2025), ia tetap meyakini bahwa tingkat keberhasilan MBG sesuai dengan angka klaim 99,99 persen.
“Angka itu bukan kami yang buat-buat. Penerima manfaat ada 3,5 juta. Tinggal Anda bagi saja berapa yang keracunan dengan total itu. Lihat hasilnya, kecil sekali,” ujarnya sambil tersenyum.
Dengan berbagai insiden tersebut, desakan untuk mengevaluasi program makan bergizi gratis (MBG) pun semakin menguat, termasuk usulan agar skema penyalurannya diserahkan langsung ke orang tua agar lebih tepat sasaran dan aman. (*)