Beranda Regional Stok Kosong, Harga Garam di Karawang Dinaikkan

Stok Kosong, Harga Garam di Karawang Dinaikkan

KARAWANG, TVBERITA.CO.ID- Kabupaten Karawang yang secara wilayah geografisnya terletak di wilayah sepanjang garis pantai dengan panjang sekitar kurang lebih 87 KM, tidak menjadi jaminan memiliki produksi garam yang melimpah.

Nyatanya, Kabupaten Karawang saat ini masih mengalami kekurangan garam. Hal ini terjadi, ditunjukan dengan kenaikan harga garam di pasar tradisonal yang mengalami kekurangan pasokan garam. Sebut saja, Rusman salah seorang pedagang di pasar Baru Karawang mengatakan, harga garam naik sudah berlangsung sejak tahun yang lalu.

“Saya tidak lagi jualan garam, karena stok sering mengalami kekosongan,”ujarnya.

Dikonfirmasikan, Sekretaris Dinas Perikanan Kabupaten Karawang, Sari Nurmiasih, mengakui jika Kabupaten Karawang memang mengalami kekurangan garam. Dari harga garam Rp. 300 Per Kg sampai ke konsumen mencapai Rp 3.000 per kilogram.

Diterangkan Sari, kurangnya pasokan garam di Kabupaten Karawang dikarenakan kurangnya minat usaha budidaya garam tersebut.

Oleh karenanya, Sari menjelaskan, untuk dapat menarik minat para petani garam pemerintah daerah melakukan banyak usaha baik berupa pembinaan atau dengan tidak bosan-bosannya melakukan sosialisasi kepada para petani garam yang berada di 4 wilayah kecamatan yang ada di Kabupaten Karawang.

“Ada 4 kecamatan yaitu Tirtajaya, Cilamaya Kulon, Cilamaya Wetan dan Tempuran awalnya , namun kini hanya tinggal kecamatan Tempuran dan Cilamaya Kulon saja yang masyarakatnya masih memiliki minat menjadi petani garam,”paparnya.

Oleh karenanya sebagai solusi, ditambahkan Sari, pihak Dinas Perikanan juga terus berupaya mengajukan bantuan baik dari daerah maupun pusat. Misalnya, lanjut Sari, Dalam bentuk sistem teknologi ulir filter (TUF) Geomembran. 

“Dimana Petani tidak lagi mengandalkan panas matahari,” tandasnya.

TUF Geomembran merupakan sistem produksi garam dengan cara air laut yang dialirkan ke dalam kolam yang sebelumnya dilakukan filterisasi ijuk sapu, batok kelapa, dan batu zeolit. Kemudian penampungan dilapisi plastik hitam. 

“Penguapan lebih sempurna dan warna garam putih alami akan keluar. Dengan biaya produksi lebih hemat yaitu Rp. 15 juta per hektar,”ulasnya kepada Koran Berita beberapa waktu lalu.

Dikatakan Sari, peningkatan teknologi garam ini juga selain mendukung kualitas garam, sehingga dapat mencapai kandungan NaCL sebesar 97 persen,  kuantitas produksi garam pun meningkat. Saat ini pun sudah sekitar 200 petani garam sudah menggunakan sistem TUF Geomembran ini, ungkap Sari. 

“Karenanya kami mendapatkan bantuan dari pusat sebesar Rp. 5,6 Miliar untuk pengembangan usaha budidaya garam rakyat dengan menggunakan sistem diatas, dan Kabupaten Karawang sendiri memberikan bantuan sebesar Rp. 200 – 300 juta pertahun,”katanya.(nin/ds)