
Ia menambahkan, kondisi sebagian candi mengalami kerusakan parah akibat faktor alam.
Baca juga: Jadi Produsen Padi Terbesar Kedua di Jabar, DPKP Karawang Dapat Penghargaan dari Dedi Mulyadi
“Kalau dilihat dari bekas ambrukannya, kemungkinan dulu candi ini tinggi. Rusaknya karena gempa, kemiringan tanah, atau banjir besar Sungai Citarum. Lumpur dari Citarum menggenangi kawasan ini sehingga percandian akhirnya ditinggalkan,” ungkapnya.
Ekskavasi yang dilakukan oleh Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) 9 akan berlangsung hingga awal Oktober 2025. Setelah itu, hasil penelitian akan dipresentasikan dan kemungkinan dilanjutkan kembali di tahun-tahun berikutnya.
“Biasanya setiap penelitian akan ditutup dengan paparan hasil. Jadi masyarakat bisa tahu apa saja yang berhasil ditemukan,” kata Obar.
Lebih jauh, ia menyebut Karawang kaya akan situs percandian, baik Buddha maupun Hindu.
“Bukan hanya di Batujaya, di Cibuaya juga ada percandian Hindu, lalu di Banyusari, Jayakerta, bahkan Klari pernah ditemukan struktur candi. Jadi Karawang ini kaya sekali peninggalan sejarahnya,” ujarnya.
Baca juga: Fenomena Living Together di Karawang: Murah di Kantong, Risiko Mengintai
Obar menegaskan bahwa kompleks Percandian Batujaya sendiri telah berstatus cagar budaya nasional yang dikelola langsung oleh pemerintah pusat.
“Kalau yang di Cibuaya, sebagian sudah ditetapkan sebagai cagar budaya kabupaten, dan sedang diusulkan ke tingkat provinsi. Jadi tingkatannya bertahap,” jelasnya.








