
KARAWANG – Siang terik di Karawang. Jarum jam menunjukkan pukul 13.00 WIB ketika udara panas bercampur debu jalan dan aroma cat semprot menyengat. Di tengah kondisi itu, Akil (32) berdiri dengan helm kuning di kepala dan rompi oranye lusuh menempel di tubuh.
Tangannya terampil menggerakkan alat semprot, memberi warna oranye terang pada pagar baru GOR Panatayudha, Karawang.
Setiap hari, delapan jam penuh ia habiskan di lapangan. Tugasnya terlihat sederhana: mengecat pagar. Namun di balik gerakan tangan yang berulang, ada beban fisik, risiko kesehatan, serta motivasi besar yang membuatnya terus bertahan demi keluarga.
Baca juga: Lantik Ratusan ASN dan Pejabat Fungsional, Bupati Karawang Ingatkan Jaga Perilaku
“Kalau siang, lumayan berat. Panas, bau cat juga bikin pusing,” ujar Akil lirih.
Ikon Kota yang Direnovasi
GOR Panatayudha merupakan salah satu ikon olahraga Karawang. Sejak Juli lalu, area luar bangunan mulai direnovasi, setelah sebelumnya taman kecil dan area hijau lebih dulu ditata.
Pengerjaan pagar—yang berfungsi sebagai batas, pengaman, sekaligus wajah pertama bangunan—ditargetkan selesai pada Desember mendatang.
Akil sadar risiko sesak dada, sakit kepala, hingga paparan cat dalam jangka panjang. Namun, alasan untuk berhenti tidak pernah benar-benar ada.
“Namanya juga kerja, buat anak istri juga,” katanya.
Baca juga: Resinda Hotel Karawang Hadirkan Four-Hand Chef, Kolaborasi Kuliner Nusantara Kelas Premium
Keluarga Sebagai Energi
Cerita tentang keluarga membuat nada suaranya berubah hangat. Di rumah, anak dan istrinya menunggu setiap sore. Mereka menjadi energi tambahan bagi Akil, yang meski tubuh lelah, tetap kuat menjalani rutinitas berat.
“Kalau ingat keluarga, rasanya kuat lagi,” tuturnya.
Meski penuh risiko, ada kepuasan tersendiri saat melihat pagar yang tadinya kusam perlahan berubah cerah. “Kalau hasilnya rapi, puas rasanya,” katanya. Dari kejauhan, kilau cat oranye membuat bangunan tampak lebih hidup. (*)