
KARAWANG – Pengamat kebencanaan sekaligus anggota Forum Pengurangan Resiko Bencana (FPRB) Karawang, Willi Firdaus menyoroti sistem penanganan bencana di Jawa Barat belum maksimal, termasuk di Kabupaten Karawang.
Willi mengatakan, seharusnya Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di setiap daerah berpedoman pada empat siklus manajemen bencana, yakni; mitigasi, rencana kontigensi (rekon), tanggap bencana dan pemulihan.
Namun pada pelaksanaannya, lanjut dia, empat siklus manajemen bencana tersebut tidak dijalankan secara keseluruhan.
Baca juga: Kemenag Karawang Luncurkan Kampung Zakat di Cikampek dan Pakisjaya, Ini Tujuannya
“Idealnya harus berpedoman 4 siklus manajemen bencana. Tapi pada pelaksanaannya, BPBD – BPBD di Kabupaten/Kota yang ada di Jawa Barat itu fokus ke tanggap bencana dan pra bencana saja. Sebelum tanggap bencana, itu ada mitigasi dan rekon, nah gak maksimal disitu,” ungkapnya kepada tvberita Senin, 8 Desember 2025.
Lebih lanjut Willi menjelaskan, mitigasi bencana adalah upaya pencegahan yang dilakukan untuk mengurangi resiko bencana.
Kemudian, rekon adalah serangkaian prosedur yang dipersiapkan untuk mengantisipasi dan merespon peristiwa yang mungkin terjadi (meliputi ancaman dan resiko).
Tanggap bencana, adalah tindakan yang dilakukan saat bencana terjadi, contohnya seperti evakuasi. Sementara pemulihan meliputi proses rehabilitasi dan rekonstruksi pasca terjadinya bencana.
Baca juga: Kisah Siti Anak Pemulung di Karawang, Kerap Bawa Pulang MBG untuk Ibu di Rumah
“Kalau rekon itu rencana, misal saya tinggal di deket Citarum, nah di sini tidak ada masyarakat yang tau harus kemana jalur evakuasi. Nah kalau mitigasi, meluap berapa ketinggiannya, dimana titik rawan, potensi jebolnya setinggi apa. Kita itu muternya di tanggap – pra saja, mitigasi dan rekonnya enggak,” tegas Willi.
Karawang Harus Berbenah
Di samping itu, ia memberikan contoh wilayah yang sudah cukup ideal dalam menerapkan 4 siklus manajemen bencana, yaitu Pangandaran dan Kabupaten/Kota di sekitar Pantai Selatan.








