
KARAWANG – Staf Ahli Menteri Pekerjaan Umum IV (SAMPU IV), Triono Junoasmono menjelaskan alur dan sistem penyelesaian banjir yang terjadi selama belasan tahun di Desa Karangligar, Kecamatan Telukjambe Barat, Kabupaten Karawang.
Triono mempresentasikan langsung alur penyelesaian dalam agenda kunjungan kerja Wakil Ketua DPR RI/Korinbang dan Anggota DPR RI ke Kantor Direksi Proyek Penanganan Banjir Karangligar yang bertempat di Desa Parungsari, Kecamatan Telukjambe Barat, Kabupaten Karawang pada Kamis, (20/11).
Ia memaparkan bahwa secara garis besar ada 3 penyebab bencana banjir yang terjadi menahun di Karangligar. Pertama, adanya aliran balik (back water) dari Sungai Cibeet masuk melalui saluran pembuang Cidawolong dan saluran pembuang Kedunghurang sehingga menggenangi sejumlah area di Desa Karangligar, Desa Mulyajaya dan Desa Mekarmulya seluas kurang lebih 160 hektare.
Baca juga: Disinggung DPRD, DPKP Karawang Optimis Realisasi Anggaran Tembus 90 Persen di Akhir 2025
Kedua, pihaknya memperoleh data dari BPBD Kabupaten Karawang bahwa antara tahun 2007 – 2015 telah terjadi penurunan muka tanah di Desa Karangligar sedalam 2 meter.
Ketiga, berdasarkan hasil penyelidikan oleh Balai Teknik Air Tanah di bawah Direktorat Bina Teknik Sumber Daya Air pada 2024 ditemukan bahwa telah terjadi land subsidence sebesar 1,11 cm/tahun.
“Sehingga dari kondisi tersebut, BBWS Citarum mendapat tugas untuk coba menghitung anggaran, pada akhirnya kami pilih alternatif pekerjaan yang harus dilakukan adalah di 2 titik ini, titik dimana pintu masuk air Cibeet itu mengalir (back water) balik ke lahan ketika terjadi peninggian muka air, itu dilakukan pemasangan pintu air dan pompa air di dua titik tersebut,” terangnya.
Baca juga: Purwakarta Lepas 2.500 Peserta Kemah Harmoni, Wabup Abang Ijo: Pramuka Harus Jadi Teladan Toleransi
Sementara itu, untuk saluran-saluran pembuang yang ada di wilayah tersebut, pihaknya akan melakukan normalisasi serta penanggulan. Sehingga ketika terjadi hujan di 1 Kawasan, pintu-pintu di titik tersebut dibuka dan bisa mengalir secara gravitasi.
“Namun ketika terjadi hujan kawasan dan hujan dibagian hulu Sungai Cibeet naik, pintu di ketua titik (pembuang) akan kami ditutup untuk mengalihkan genangan, kita menggunakan pompa,” tambahnya.
Dengan begitu, lanjut dia, bencana banjir yang sudah berulang selama lebih dari 20 tahun bisa direduksi, dari yang sebelumnya 160 hektare (kejadian) di 2025, bisa berkurang menjadi beberapa hektare saja.








