Beranda Karawang Bulog Karawang: Serapan Gabah Nunggu Instruksi Pusat Dulu

Bulog Karawang: Serapan Gabah Nunggu Instruksi Pusat Dulu

KARAWANG – Merespons rendahnya harga gabah yang dikeluhkan para petani, Wakil Pimpinan Perum Bulog Sub Divre Karawang, Satrio, mengakui harga gabah saat ini di bawah Harga Pokok Penjualan (HPP). Hal itu, disebabkan trend harga beras yang turun pasca lebaran.

Saat ini, jelasnya, Bulog belum melakukan penyerapan gabah/beras lagi secara reguler karena menunggu kebijakan pusat.

“Belum ada kebijakan dari kantor pusat untuk penyerapan di bulan ini, mungkin masih mempertimbangkan stok Bulog yan cukup. Tapi kondisi di lapangan sudah dilaporkan ke pusat,” ujarnya.

Baca juga: Keluh Kesah Petani Karawang: Panen Melimpah, Harga Gabah Malah Anjlok

Disinggung soal target, Satrio menjelaskan, target serapan Bulog Karawang tahun ini sebanyak 47ribu ton setara beras. “Sementara hingga Juni, kita baru mencapai 11 ribu ton setara beras,” ungkapnya.

Diakui Satrio, saat ini pihaknya sedang berupaya mendorong pusat agar penyerapan dibuka kembali, sehingga harga gabah bisa terdongkrak.

“Memang seharusnya kita diberikan penugasan penyaluran beras atau diberi pasar biar seimbang antara serap dan salurnya.”

“Ya kita berharap mudah-mudahan bisa segera dibuka lagi, biar bisa serap gabah beras petani lagi,” harapnya.

Sebelumnya, sejumlah petani di Kabupaten Karawang mulai mengeluhkan harga gabah yang anjlok di bawah Harga Pokok Penjualan (HPP). Serapan gabah Bulog pun dinilai tak mampu menstabilkan harga.

Pasalnya, langkanya ketersediaan pupuk subsidi yang terjangkau serta faktor sarana prasarana lainnya, menjadikan biaya produksi tak sebanding dengan harga jual gabah yang menyentuh Rp3 ribuan per Gabah Kering Panen (GKP).

“Semua tangkulak dan pasar membanderol Rp3,5 ribu, sedangkan kita harapkan minimal Rp4,2 ribu per GKP. Padahal kualitas gabah mah bagus, produksinya juga bagus, satu hektar bisa sampai 7 ton,” ujar petani asal Tempuran, Faisal (31).

Ia pun mempertanyakan perhatian Pemkab juga Bulog. Di satu sisi kerap didorong meningkatkan hasil produksi, di sisi lain harga yang didapat selalu dibanderol murah.

“Mana peran pemerintah dan Bulog yang harusnya bisa menstabilkan harga di pasaran? Yang ada petani buntung terus,” keluhnya geram. (kie)