Beranda Headline Cerita Wagino, 22 Tahun Jadi Marbut Masjid di Karawang, Bahagia Meski Digaji...

Cerita Wagino, 22 Tahun Jadi Marbut Masjid di Karawang, Bahagia Meski Digaji Kecil

Marbut masjid di karawang
Wagino, pria 58 tahun yang ikhlas selama 22 tahun menjadi marbut masjid di Karawang. Foto: Laila/tvberita

KARAWANG – Sabtu (23/3) sore, Wagino nampak sibuk menyapu lantai masjid. Satu per satu kaca jendela yang berdebu pun ia bersihkan secara perlahan.

Pekerjaan itu memang biasa dilakukan Wagino. Pria bernama lengkap Sarana Wagino ini adalah seorang marbut Masjid Jamie Mambahul Huda, Karawang Wetan, Kecamatan Karawang Timur, Kabupaten Karawang.

Setelah menyelesaikan pekerjaannya, pria 58 tahun ini lantas duduk bersandar di tiang luar masjid.

Baca juga: Sepenggal Kisah Tukang Cilok di Karawang Dirikan Pesantren, Kini Punya 80 Santri

Senyum Wagino -demikian dia biasa disapa, terus mengembang sepanjang berbincang dengan Tvberita.

Dia bercerita, pekerjaan sebagai marbut masjid sudah dilakoninya selama 22 tahun. Bukan waktu yang sebentar memang, tapi dia mengaku ikhlas menjalaninya.

Karena baginya, marbut bukan sekadar tukang bersih-bersih mesjid, tetapi berperan juga menjadi pengingat jamaat untuk melaksanakan shalat wajib.

Apalagi jika melihat masjid terisi penuh jemaah, kebahagiaannya pun bertambah.

Baca juga: Sejarah Masjid Agung: Simbol Syiar Islam di Karawang Sejak Abad ke-14

“Setiap waktu salat, saya memanggil jemaah mengajak shalat. Alhamdulillah ikhlas, dari hati sendiri,” ungkap Wagino.

Digaji tak seberapa
Marbut masjid di karawang
Wagino, seorang marbut di Masjid Jamie Manbahul Huda, Karawang nampak telaten membersihkan lantai masjid jelang waktu maghrib. Foto: Laila/tvberita

Sebagai marbut masjid, Wagino mengaku digaji Rp 500 ribu per bulan. Gaji itu didapatnya dari sumbangan warga sekitar.

Meski tak seberapa, Wagino mengaku ikhlas karena masih bisa menghidupi istri dan kelima anaknya.

“Penghasilannya gak nentu. Yang jelas setiap bulan dapat 500 ribu,” ungkapnya.

Baca juga: Bupati Aep Siap Tindaklanjut Strategi Penanganan Sampah di Karawang

Wagino sendiri bukan warga asli kelahiran Karawang. Ia jauh-jauh merantau dari Klaten, Jawa Tengah untuk mencari pengalaman kerja.

Sebelum menjadi marbut, dia juga sempat bekerja sebagai tukang bersih-bersih di Pabrik Kapal Terbang milik Bj Habibie di IPTN Bandung.

Di samping menjadi penjaga masjid, Wagino juga bekerja sebagai penjaga sekolah di SDN Karawang Wetan 5. Dari situ, ada penghasilan tambahan yang dia dapat.

Baca juga: Jalur Mudik Sepeda Motor di Karawang Mulai Ditambal Sulam

Sementara, setiap ada kegiatan besar di masjid, entah itu perayaan maulid, Isra Miraj maupun lainnya, ia juga kerap diberikan upah tambahan. “Alhamdulillah kalau ada acara-acara di masjid, suka ada juga dikasih,” katanya.

Dia mengaku akan terus bertahan menjadi marbut masjid selama dia mampu.

Selain karena rumahnya yang persis di belakang masjid, ada dorongan hati yang membawanya untuk terus memakmurkan masjid. “Saya senang sekali, gak masalah gaji yang penting ikhlas,” tutupnya. (*)