Beranda Regional Curhat Seorang Nenek untuk Dedi Karena Bingung Biaya Hidup Cucunya

Curhat Seorang Nenek untuk Dedi Karena Bingung Biaya Hidup Cucunya

PURWAKARTA, TVBERITA.CO.ID- Ribuan pasang mata memenuhi lapangan Desa Sangkanhurip, Kecamatan Katapang, Kabupaten Bandung, Jum’at (12/1) malam. Mereka datang berbondong-bondong karena ingin menyaksikan gelaran Safari Budaya dari Cawagub Jabar Dedi Mulyadi.

Seperti diketahui, sejak Tahun 2008, Bupati Purwakarta dua periode itu gemar berkeliling daerah untuk memenuhi undangan warga setempat. Berbagai acara telah dia dan rombongan hadiri, mulai dari khitanan, resepsi pernikahan, hingga syukuran hajat lembur.

Usai tarian ‘Sancang Gugat’ dan ‘Maung Lugay’, pelawak Sunda Ohang dan Aep Bancet nampak sigap naik ke atas panggung. Mereka berdua aktif mengocok perut warga yang hadir. Ditambah, Dedi Mulyadi pun turut ambil bagian dalam segmen bodoran Sunda itu.

Secara acak, Dedi kemudian memanggil salah seorang warga untuk naik ke atas panggung. Seorang nenek tua bernama Nani (54), dia minta berduet dengan pelawak Ohang untuk membawakan sebuah lagu lawas.

Kesempatan pertemuan dengan Dedi Mulyadi itu dimanfaatkan oleh Nani untuk curhat, menyampaikan keluh kesah keseharian. Ia bercerita bahwa dirinya selalu kebingungan memberikan bekal cucunya yang belajar di salah satu SMK Negeri di Kabupaten Bandung.

“Mak punya anak empat, cucu tujuh. Cuma pusing sampai gigi ini ompong membantu cucu yang kedua membiayai sekolah. Jaraknya jauh Kang,” ujar warga Desa Pangauban itu.

Penghasilan suami Mak Nani, Tatang (61), sebagai sopir truk tronton hanya cukup untuk makan sehari-hari. Sementara, setiap hari cucunya membutuhkan ongkos untuk pergi ke sekolah.

“Suami mah cuma sopir tronton di pabrik, sudah 30 tahun bekerja. Tadinya mau diajak bareng kesini nonton Ohang, ingin berduaan,” ujarnya yang disambut tawa penonton.

Kepolosan Mak Nani menambah suasana hangat di atas panggung. Dedi kemudian memberikan wejangan kepada seluruh warga yang hadir agar mereka tidak merepotkan orang tua di hari tuanya.

“Ini pesan untuk semua. Jangan menambah beban Ibu kita. Sudah mah disuruh mengurus cucu, malah ditambah mikirin biaya sekolahnya,” tegasnya.

Koordinator Presidium Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam Jabar itu juga memberikan solusi terkait masalah pendidikan di Jawa Barat. Kata dia, lokasi SD, SMP dan SMA tidak boleh berjauhan dengan tempat tinggal siswa.

Ke depan, imbuhnya, masalah ini harus diatasi oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat.“SD, SMP dan SMA harus berada di sekitar wilayah domisili siswa. Jadi, mereka tidak perlu menempuh jarak yang jauh,” katanya.

Dedi Mulyadi yang hingga kini masih aktif sebagai Pengurus PC Nahdhatul Ulama Purwakarta itu juga menekankan pentingnya Asuransi Hari Tua. Ia merasa prihatin atas kondisi Mak Nani dan Bah Tatang yang tidak memiliki jaring pengaman sosial dalam menjalani hari tuanya.

“TNI, POLRI dan PNS punya pensiun. Mereka (Mak Nani dan Bah Tatang) masih harus repot bekerja di hari tua. Maka sudah menjadi kewajiban pemerintah ke depan untuk membangun skema Asuransi Hari Tua untuk orang seperti mereka,” tandasnya.

Malam tersebut juga menjadi berkah bagi Mak Nani. Dedi Mulyadi memberikan bantuan modal sebesar Rp7 Juta kepada suaminya, jika kelak sudah tidak bekerja lagi menjadi sopir.

“Ini hasil urunan teman-teman, bisa dipakai oleh Mak Nani dan Abah untuk modal usaha. Terima kasih telah mengajarkan kepada kami tentang kerja keras. Mak menjadi contoh bagi orang lain,” pungkasnya.(trg/ris)