
KARAWANG – Medan berat dan keterbatasan akses di Papua Pegunungan tidak memadamkan semangat Ertina Hisage, guru honorer SD asal pedalaman Papua yang bertekad kuat belajar dan mengabdi, demi masa depan pendidikan anak-anak di kampung halamannya.
Ertina tercatat sebagai salah satu wisudawan Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) Universitas Singaperbangsa Karawang (UNSIKA). Perjalanannya selama menempuh pendidikan menjadi potret nyata dedikasi guru di daerah dengan minim infrastruktur dan teknologi.
Berbagai tantangan harus dihadapi Ertina selama mengikuti PPG. Ia mengajar di wilayah yang jauh dari pusat kota, tanpa jaringan internet, bahkan penggunaan ponsel Android pun sangat terbatas.
Baca juga: Saan Mustopa dan Kisah Banjir Abadi di Karawang
“Tempat saya mengajar itu jauh dari kota, tidak ada jaringan, perjalanan sekitar 2 jam. HP Android pun susah dipakai. Tapi saya punya komitmen, saya harus bisa dan harus menjadi guru profesional,” ujar Ertina usai pengukuhan PPG Unsika pada Minggu, (14/12).
Kondisi tersebut memaksanya mengatur waktu dengan disiplin tinggi. Setiap pagi ia mengajar, lalu siang hingga malam hari menempuh perjalanan panjang menuju kota menggunakan angkutan umum demi mendapatkan akses internet untuk mengikuti perkuliahan.
“Pagi saya mengajar, siangnya saya harus keluar dari tempat tugas, naik angkot, mencari tempat yang ada jaringan supaya bisa ikut perkuliahan,” tuturnya.
Bagi Ertina, perjuangan ini bukan sekadar mengejar kelulusan. Baginya hal tersebut adalah wujud dari tanggung jawab moral untuk membuka akses pendidikan bagi anak-anak di pedalaman Papua yang masih banyak tertinggal.
Baca juga: Tiga Tahun Dana Desa Rp 1,8 M Diselewengkan, Kades di Karawang Jadi Tersangka Korupsi
“Saya ingin adik-adik di kampung tidak tertinggal. Karena jarak dan medan yang jauh, banyak anak yang akhirnya tidak sekolah. Itu yang mendorong saya untuk terus berjuang,” katanya.
Perjuangan Ertina juga terasa saat ia hendak menghadiri wisuda. Bersama dua anak dan sang ibu, ia harus menempuh perjalanan laut selama sembilan hari dari Papua menuju Karawang demi menerima sertifikat kelulusan.
“Puji Tuhan, saya bisa sampai dan berdiri di sini. Ini bukan karena kehebatan saya, tapi karena Tuhan menolong saya lewat para dosen dan pembimbing di UNSIKA,” ucapnya dengan haru.












