Beranda Regional Dedi Sebut Prabowo Bantu Jokowi Tangksi Stigma Negatif Pro Cina

Dedi Sebut Prabowo Bantu Jokowi Tangksi Stigma Negatif Pro Cina

PURWAKARTA, TVBERITA.CO.ID- Ketua Tim Pemenangan Jokowi-Ma’ruf Jawa Barat Dedi Mulyadi menyebut Prabowo sudah membantu Joko Widodo untuk menangkis stigma negatif.

Selama ini, isu pro Cina menjadi bahan kampanye hitam lawan politik untuk mendeligitimasi presiden pejawat itu.

Prabowo Subianto ditemani Agus Harimurti Yudhoyono diketahui menghadiri Peringatan Hari Nasional Cina. Tepatnya, di Hotel Shangri-La, Jakarta, pada Kamis (27/9/2018) lalu. Mereka hadir atas undangan Duta Besar Cina untuk Indonesia, Xiao Qian.

“Kehadiran Pak Prabowo dalam acara Peringatan Hari Nasional Cina itu membuktikan bahwa sebenarnya tidak ada masalah. Jadi, tidak ada lagi tuduhan antek cina dan antek asing serta antek komunis,” kata Dedi di Kantor DPD Golkar Jawa Barat. Tepatnya, di Jalan Maskumambang No 02, Kota Bandung, Jum’at (28/9/2018) malam.

Menurut Dedi, secara tidak langsung Prabowo menegaskan jalinan ekonomi antara Indonesia dengan Cina memang diperlukan. Bahkan, kata Dedi, Ketua Umum Partai Gerindra itu menjelaskan aspek penting hubungan ekonomi tersebut.

“Pak Prabowo sendiri menjelaskan Cina itu penting kan. Ada pernyataannya saya baca. Artinya, segala tuduhan yang dialamatkan kepada Pak Jokowi itu sudah tidak relevan lagi,” katanya.

Mantan Bupati Purwakarta tersebut juga meminta semua pihak untuk mengakhiri upaya melakukan framing negatif kerjasama ekonomi. Menurut dia, mitra dagang Cina bukan saja Indonesia tetapi Saudi Arabia, Turki dan Iran pun mendapatkan porsi bisnis yang sama.

Soal Arab Saudi, Budayawan Jawa Barat itu mengomentari nilai investasi negara petro dollar tersebut lebih besar dibanding di Indonesia.

“Apalagi Saudi, nilai investasinya di Cina lebih besar. Kemudian ekonomi Turki yang tengah carut-marut kan dibantu Cina. Artinya, saya ingin mengatakan bahwa hubungan itu normal saja,” tuturnya.

Menurut Dedi, semua pihak lebih baik meningkatkan nilai tawar sumber daya manusia. Hal ini terkait dengan ikhtiar diplomatik dalam berbisnis.

Cina menurut Dedi, memiliki etos bisnis yang kuat. Ditambah, kekayaan alam yang langsung dikelola oleh negara menyebabkan laju pembangunan di negara tersebut semakin cepat. Sehingga, banyak proyek dalam negeri yang dikerjakan dalam waktu singkat.

Akibatnya, negara mengalami surplus baik dari aspek pemerimaan negara maupun aspek tenaga kerja. Implikasi lanjutannya adalah Cina melakukan ekspansi bisnis ke negara lain termasuk ke Indonesia.

“Misal nanti saat negosiasi investasi itu disepakati contohnya seperti Korea Selatan dan Jepang. Per 2 ribu orang karyawan lokal Indonesia itu hanya 70 ekspatriat dari negara pemilik investasi. Saya kira bisa seperti itu,” katanya.(trg/ris)