Beranda Regional Dokter di RSUD Berniat Mundur, SPRI: Ini Bahaya

Dokter di RSUD Berniat Mundur, SPRI: Ini Bahaya

CIANJUR, TVBERITA.CO.ID- Mencuatnya informasi terkait adanya seorang dokter yang berniat mengundurkan diri dari RSUD Sayang Cianjur gara-gara haknya tak dibayar, menuai reaksi dari berbagai pihak.

Ketua Serikat Perjuangan Rakyat Indonesia (SPRI) Cianjur, Rudi Agan mengaku prihatin atas informasi tersebut. Pasalnya, sambung Rudi, jika hal tersebut terjadi, maka akan berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan di Cianjur.

“Bagaimana pelayanan kesehatan Cianjur bisa baik jika dokternya mundur. Informasinya baru ada satu dokter, tapi jika hak para dokter tak segera dibayar, bukan tak mungkin diikuti dokter-dokter lainnya,“ ujarnya kepada Berita Cianjur, Selasa (30/1/2018).

Dengan informasi tersebut, Rudi juga mengaku khawatir jika kejadian mundurnya 22 dokter spesialis di Rumah Sakit Daerah (RSD) dr Koesnadi Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, pada tahun 2016, bisa terjadi di Cianjur.

Ia bercerita, sejumlah dokter di Bondowoso pada saat itu menyatakan akan mundur dari rumah sakit, jika tidak segera dilakukan perbaikan di internal manajemen rumah sakit tersebut.

“Ya, penyebabnya hampir sama dengan di RSUD Cianjur. Jadi di Bondowoso pun banyak persoalannya, mulai dari fasilitas, pelayanan, hingga soal transparansi,” ungkapnya.

Tak hanya di Bondowoso, Rudi juga menyebutkan, kejadian mundurnya seorang dokter pun pernah terjadi juga di RSUD Regional Sulawesi Barat (Sulbar) pada 2017 lalu.

“Sedikitnya 17 dokter spesialis yang menyatakan mundur, itu gara-gara fungsi manajerial dan fungsi pelayanan di RSUD Regional Sulbar sudah tidak dapat berjalan dengan baik sebagaimana mestinya,“ paparnya.

Hal yang sangat mengkhawatirkan, lanjut Rudi, aksi mogok kerja yang digelar puluhan dokter spesialis dan dokter umum di Sulbar tersebut, menyebabkan pasien telantar. Bahkan seorang pasien di antaranya meninggal dunia lantaran tidak mendapat penanganan dokter rumah sakit rujukan tersebut. “Ini kan bahaya, jangan sampai di Cianjur terjadi,“ pungkasnya.

Diberitakan sebelumnya, pengakuan mengejutkan kembali datang dari sejumlah pegawai dan tenaga medis Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sayang Cianjur. Hingga saat ini, ternyata insentif mereka belum semua dibayarkan.

Pengakuan mengejutkan datang dari seorang dokter. Gara-gara haknya belum dibayarkan, ada seorang dokter yang berniat berhenti bertugas dari RSUD Sayang Cianjur.

“Iya kang, gara-gara haknya banyak dipotong bahkan juga dibayarkannya telat, sampai-sampai rekan saya itu berniat bakal berhenti di RSUD,“ ujar seorang dokter yang enggan disebutkan namanya tersebut, kepada Berita Cianjur, Senin (29/1/2018).

Menurut informasi yang diperolehnya, penyebab belum dibayarkan insentif bagi seluruh pegawai di RSUD tersebut, disebabkan gara-gara BPJS Kesehatan masih menunggak.

“Benar gak sih penyebabnya itu? Kalaupun benar, kenapa pegawai dikorbankan? Emang selain dari BPJS, RSUD tidak memiliki anggaran lainnya?” ungkapnya.

Sementara itu, seorang pegawai RSUD yang juga enggan disebutkan namanya menyebutkan, insentif pada Desember 2018 hingga saat ini masih belum dibayarkan. Padahal, sejumlah pegawai sudah sangat membutuhkannya demi membiayai kebutuhan sehari-hari.

“Insentif November sudah dibayar. Nilainya masih kurang atau dipotong, tapi gak lebih parah dari bulan-bulan sebelumnya. Sekarang lumayan lah, tapi harapannya sih gak berkurang lagi. Soal penyebabnya, saya sih taunya gara-gara BPJS nunggak. Entah apa penyebab sebenarnya hingga akhirnya kami yang dikorbankan,“ tandasnya. (*)