Beranda Regional Hidup Pahit dan Kerja Keras Membawa Aming ke Kursi Wabup

Hidup Pahit dan Kerja Keras Membawa Aming ke Kursi Wabup

Sukses, mungkin menjadi salah satu impian semua orang. Namun, untuk mendapatkannya ternyata tak semudah membalikkan telapak tangan. Kunci utama untuk mendapatkan kesuksesan, di antaranya adalah kreativitas.

Berbicara soal kreativitas, jauh dari ingar bingar kehidupan kota, tepatnya di Kampung/Desa Tajursindang, Kecamatan Sukatani, Kabupaten Purwakarta, ada seorang pria yang dimaksud. Aming (40), begitulah sosok pria itu biasa disapa di kampung tersebut.

Perjalanan hidup yang cukup pahit dan pelik, pernah dialami pria kekar itu sebelum sesukses ini. Segala profesi pernah dia lakoni. Dari mulai menjadi kuli bangunan, tukang ojek, pedagang kopi keliling, hingga menjadi seorang penjaga kolam apung di Waduk Jatiluhur.

Namun, perjalanan pahit yang menderanya itu justru tak membuatnya patah sangat dalam mencari nafkah untuk keluarganya. Justru, berkat keuletan, kesabaran dan kreativitasnya, saat ini Aming menjadi orang yang sangat dihormati di kabupaten tersebut.

Ya, pria dari kampung terpencil di wilayah Barat Purwakarta itu, saat ini menjadi Wakil Bupati yang dipercaya mendampingi Anne Ratna Mustika untuk membangun wilayah tersebut. Saat berbincang, Aming pun sempat menceritakan perjalanan hidupnya ini.

Tahun 1995, mungkin menjadi awal kesuksesannya. Saat itu, Aming berprofesi sebagai kuli bangunan di Jakarta. Dua tahun berjalan dia bergelut di dunia buruh kasar, di 1997 dia memilih pulang kampung. Selama di kampung halaman, dia sempat kebingungan, karena tak ada sumber lain untuk penghasilannya.

Memang pada dasarnya orang kreatif, ada saja ide yang terbesit dalam benaknya. Saat itu, dia berpikir untuk membeli sepeda motor dari uang hasil kerja kulinya di Jakarta. Kemudia, dia lantas memilih jadi tukang ojek di kampungya sebagai sumber penghidupan.

“Kalau jadi tukang Ojek, itu lumayan lama. Kalau tidak salah, dari 1997 sampai 2009. Ya terhitung dari kepulangan di Jakarta saja,” ujar Aming. Saat ngojek pun, dia lanjutkan ceritanya, dirinya berpikir untuk membuat sebuah saung kecil untuk berdagang kopi dan makanan di pinggir Danau Jatiluhur.

Karena, memang kebetulan rumahnya tak begitu jauh dari bibir danau. Tepatnya di 2010, Aming kemudian memberanikan diri membangun warung kopi tersebut dari hasil ngojek-nya. Karena, saat itu dia berpikir keberadaan warungnya ini akan sangat membantu memenuhi kebutuhan para penunggu maupun pemilik kolam jaring apung di sekitar danau tersebut.

“Saat itu, saya juga tak hanya berdiam diri menjaga warung. Tapi, suka ikut membantu kalau ada pemilik kolam membuat kontruksi jaring apung,” jelas dia.

Tak hanya bernasib baik, berkat kejujuran dan keuletannya Aming pun akhirnya dipercaya oleh para pemilik kolam apung untuk membuat kontruksi kolam. Apalagi, sedikit besarnya dia paham soal kontruksi bangunan.

Karena saat itu sudah banyak yang memakai jasanya, di 2011 dia pun memberanikan diri membuat sebuah CV jasa kontruksi bangunan. Kelihaian Aming dalam memgonsep bangunan, akhirnya terdengar santer se-Purwakarta. Bahkan, hasil pekerjaannya telah teruji di kalangan pemerintahan.

Namun, setelah dipilih menjadi pendamping istri Dedi Mulyadi untuk membangun Purwakarta, saat dia memilih untuk melepas perusahaannya itu dan lebih memilih fokus ke jabatannya sebagai Wakil Bupati. Dalam hal ini, dia hanya berpesan. Jika ingin sukses, perlu membiasakan diri untuk berpikir keras.

Selain itu, sebelum melangkah atau memulai pekerjaan, terlebih dahulu harus bisa membuat sebuah analisa. Supaya, pekerjaan yang dilakukan bisa membuahkan kemaslahatan bagi masyarakat.

“Yang terpikir saat ini hanya satu, yakni bagaimana membangum Purwakarta dan terus bisa melayani masyarakat,” pungkasnya.(KB)