PURWAKARTA – Perusahaan Umum Jasa Tirta (PJT) II Jatiluhur Purwakarta, Jawa Barat menyatakan, dampak musim kemarau panjang menyebabkan debit air di Waduk Jatiluhur menyusut hingga 10 meter.
Penyusutan itu terjadi sejak kemarau selama tiga bulan ke belakang, tepatnya bulan Juli 2023 lalu.
Direktur Operasi dan Pemeliharaan Perum Jasa Tirta II, Anton Mardiyono menyampaikan, batas normal di Waduk Jatiluhur yakni 107 mdpl (meter di atas permukaan laut). Sedangkan saat ini, batas titik air berada di ketinggian 96 mdpl, menyusut sekitar 10 meter.
Baca juga: 9 Tips Aman Hadapi Kemarau Panjang, Penting Agar Terhindar Risiko Penyakit
“Saat ini batas titik air di ketinggian 96 mdpl, menyusut sekitar 10 meter. Ketinggian itu berada di dua meter diatas batas krisis yang tahun ini kami tentukan di 94,44 mdpl,” kata Anton dikutip dari keterangannya, Rabu, 6 September 2023.
Namun Anton menegaskan, menjamin penyusutan air pada Waduk Jatiluhur tidak mengganggu pengaliran air ke saluran irigasi. Karena pihaknya telah mengandalkan metode gilir giring air.
Debit air waduk Jatiluhur yang tengah menyusut ini untuk mengaliri irigasi wilayah Bekasi, Karawang, Purwakarta, Subang, dan sebagian Indramayu.
Baca juga: Bekasi Darurat Bencana Kekeringan, 32 Desa Krisis Air Bersih
Anton menyampaikan, bila tak turun hujan hingga November 2023, pihaknya akan menyiapkan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC).
“Bila cuaca kemarau ini berkelanjutan hingga November 2023 mendatang, kami akan menyiapkan TMC untuk menurunkan hujan agar debit air di Waduk Jatiluhur bisa terjaga.”
“Kami pun menyiapkan anggaran sekitar Rp 13,4 miliar untuk TMC yang diharapkan bisa menurunkan hujan. Sehingga debit air di Waduk Jatiluhur ini bisa digunakan untuk kebutuhan air masyarakat,” ujar Anton.(*)