Beranda Regional Ini Bentuk Kereta Jenazah Zaman Belanda Yang Ada di Salatiga

Ini Bentuk Kereta Jenazah Zaman Belanda Yang Ada di Salatiga

SALATIGA, TVBERITA.CO.ID -Tiga kereta jenazah peninggalan zaman Belanda yang berusia ratusan tahun masih tersimpan di Salatiga, Jawa Tengah. Tidak banyak warga yang mengetahui tiga kereta jenazah itu tersimpan di salah satu bangunan di kota itu.

 

Tiga kereta jenazah yang diberi nama De Drie Lijkkoetsen tersimpan di sebuah bangunan di Jalan Pahlawan, Kota Salatiga. Adapun tiga kereta jenazah tersebut dengan ukuran panjang dua kereta masing-masing 3,5 meter dan satu lagi berukuran panjang 4,5 meter.

Kereta jenazah ini terbuat dari bahan kayu jati, kemudian hanya satu kereta jenazah saja yang rodanya masih utuh. Bahkan, dari tiga kereta jenazah itu, salah satunya dengan berdinding kaca terdapat lambang freemasonry berupa segitiga dengan mata satu, kemudian ada holy grill, cawan suci dan logo seperti bintang.

Kereta jenazah ini pun telah dua kali dipamerkan kepada masyarakat luas pertama pada bulan September 2017 dan kedua pertengahan bulan ini.

Salah satu pegiat Benda Cagar Budaya (BCB) Salatiga, Warin Darsono mengatakan saat kecil mendengar informasi adanya kereta tersebut. Pertama kali informasi yang diterima, kereta berada di Kerkhof (tempat pemakaman orang Belanda/asing). Diperkirakan dari ketiga kereta tersebut yang paling tua berusia sekitar 150-200 tahun dan yang terakhir diperkirakan dibuat sekitar tahun 1920-an.

“Pada saat kecil, tahunya saya pikirkan gerbong kereta, bukan kereta semacam ini. Nah setelah tahun 2010, saya semakin seneng mencari tahu tentang sejarah Salatiga. Dari situ, saya aktif untuk belajar dan sebagainya tentang sejarah serta cagar budaya tentang Salatiga,” kata Warin saat ditemui di tempat penyimpanan tiga kereta jenazah di Jalan Pahlawan, Kota Salatiga, Kamis (26/7/2018).

Setelah memperoleh informasi tersebut, kemudian mencari dan menemukan bangunan yang digunakan menyimpan tiga kereta jenazah. Bahkan, banyak warga yang tidak mengetahui tentang keberadaan kereta jenazah ini.

“Gedung ini milik Pemkot, tapi isinya belum tentu milik Pemkot. Itu perlu dirunut, kemudian saya menemukan data-data bahwa ini milik pemerintah kolonial Belanda. Kalau milik pemerintah kolonial Belanda seharusnya bisa diakusisi, seharusnya diakusisi oleh pemerintah Indonesia, jadi kalau ditarik sejarah ini milik pemerintah,” tuturnya.

“Saya minta izin Mbah Tomo (rumah dekat penyimpanan), untuk membersihkan keretanya. Kemudian, dari tahun 2012 saya sedikit-dikit membersihkan debu, 2015 berinisiatif untuk mendaftarkan pada BPCB sebagai benda cagar budaya. Dari 2015 tersebut, saya banyak mendapatkan masukan-masukan dan bagaimana cara merawat benda cagar budaya dari BPCB,” ujar dia.

Setelah itu, dia bersama teman-temannya merawat ketiga kereta jenazah tersebut. Untuk perawatan dilakukan setiap dua minggu sekali, kemudian pada musim penghujan intensitasnya lebih sering. Selain membersihkan dedu, juga memberi kopi, silica dan bunga sedap malam untuk menghilangkan jamur serta menjaga keasaman ruangan tersebut. Hal itu dilakukan sendiri bersama beberapa rekannya.

“Pemkot nggak peduli, tapi saya bersikukuh dengan kehendak hati senang dengan sejarah dan cagar budaya, maka saya sendiri tombok nggak apa-apa yang penting terawat. Untuk biaya perawatan dari pribadi dan teman-teman,” tuturnya.

Dari ketiga kereta ini secara spesifik berfungsi untuk kereta jenazah warga Eropa. Kemudian, salah satu terdapat lambang freemason di kereta jenazah tersebut.

“Jadi kalau tentang organisasi freemason sendiri di Salatiga memang ada, dari sekian banyak kota di Hindia Belanda terutama di Jawa Tengah hanya lima, termasuknya Salatiga. Lambang yang tertera di sana memang kalau orang melihat segitiga dengan mata satu, kemudian ada holy grill, ada cawan suci dan ada logo seperti bintang itu kan maksudnya pencerahan itu erat dengan organisasi freemason, tapi butuh riset lebih lanjut dan mendalam kembali,” ujar Warin.

Salah satu warga Salatiga, Yun Aspribadi (50), mengaku, kali pertama melihat ada tiga kereta jenazah tersebut pada saat pameran setahun yang lalu.

“Lihat pertama pas ada pameran setahun lalu. Yang kami tahu mistis,” tuturnya.

Sedangkan warga lainnya, Wahyu Triyani (33), mengaku, kagum dengan keberadaan tiga kereta jenazah tersebut. Kekagumannya karena kereta jenazah peninggalan sejarah tersebut hingga sekarang masih tersimpan dengan baik.

Terpisah, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Salatiga, Sri Danujo mengatakan, untuk perawatan sejauh ini masih mengajukan permintaan pertimbangan terlebih dahulu kepada BPCB Jawa Tengah.

“Sejauh ini kita meminta pertimbangan terlebih dahulu kepada Balai Cagar Budaya, itu milik siapa. Tetapi, kita sudah tahu kalau itu termasuk kategori benda cagar budaya bergerak. Makanya, untuk perawatannya kita mengajak komunitas supaya yang tahu ahlinya,” katanya saat dihubungi.

Kedepannya lanjut dia, nantinya akan dianggarkan untuk biaya membuat rodanya yang rusak. Kemudian, saat dipamerkan pun animo masyarakat sangat antusias sekali.

“Karena telah dua kali pameran, secara nyata ada kita harus melestarikan,” kata dia.(detik/kb)