
KARAWANG – Hujan deras yang melanda wilayah Jawa Barat (Jabar) dalam sepekan terakhir menimbulkan bencana alam berupa banjir dan longsor di sejumlah daerah.
Gubernur Jabar, Dedi Mulyadi, menegaskan pada pekan depan, pihaknya akan melakukan evaluasi tata ruang di wilayah Jabar.
Dia bilang Jabar merupakan daerah yang paling banyak terjadi alih fungsi lahan, sehingga keseimbangan ekosistem tak berjalan dan mengakibatkan bencana banjir.
Baca juga: Jembatan Penghubung Karawang-Bogor Ambles, Empat Desa Terisolir
“Selasa depan kita rapat kordinasi bupati, wali kota se-Jabar bersama menteri ATR/BPN untuk evaluasi tata ruang di Jabar, termasuk hilangnya daerah resapan air, daerah hijau dan daerah pesawahan yang paling besar adalah Jabar,” ungkap Dedi di sela rakor dengan seluruh kepala daerah se-Jabar serta Menteri ATR/BPN, Nusron Wahid dan Menteri Perhubungan, Dudy Purwaghandhi di Kantor Bupati Karawang, Selasa (4/3).
Dedi menegaskan, hilangnya ruang terbuka hijau, hutan maupun sawah menjadi biang kerok wilayah Jabar sebagai langganan banjir.
Selain itu, ia pun ingin bantuan untuk warga terdampak banjir tidak hanya terhenti melalui bantuan sembako, tetapi harus ada langkah konkret agar bencana tersebut tidak terulang di masa depan.
“Hilangnya ruang terbuka hijau, hutan, sawah itu penyebab banjir. Soal bantuan? Sudah cukup lah, yang perlu diperlukan adalah masa depan, karena kebiasan kita setiap bencana longsor, banjir selesai di bantuan sembako, saya gak mau itu,” tandasnya.
Tawarkan solusi banjir Karangligar
Adapun soal banjir di Desa Karangligar, Kecamatan Telukjambe Barat, Karawang, Dedi menyebut sudah menemukan solusi bagi warga setempat, yaitu dengan membangun rumah kolong.
Baca juga: Beda dari Edaran Gubernur Jabar, Pemkab Karawang Masih Terapkan Jam Kerja Normal Selama Ramadan
“Solusinya adalah saya akan bangunkan rumah dari tinggi lantainya 2,5 meter. Jadi rumahnya rumah kolong, di atasnya boleh bambu, kayu,” kata Dedi.