Beranda Regional Jumlah Penderita HIV/AIDS di Karawang Meningkat Tajam

Jumlah Penderita HIV/AIDS di Karawang Meningkat Tajam

KARAWANG, TVBERITA.CO.ID- Angka penderita HIV AIDS di Kabupaten Karawang memperlihatkan tren terus meningkat dari tahun ke tahun.

Hingga akhir tahun 2017 lalu, tercatat sebanyak 150 orang penderita, jumlah tersebut meningkat 45 persen lebih banyak dari tahun 2016 yang hanya terdata sekitar 105 orang penderita. Rata-rata penderita berusia produktif dengan hampir 65 persen penderita didominasi oleh jenis kelamin laki-laki dengan usia berkisar 15 hingga 60 tahun.

Hal tersebut diungkapkan

KARAWANG, TVBERITA.CO.ID- Angka penderita HIV AIDS di Kabupaten Karawang memperlihatkan tren terus meningkat dari tahun ke tahun.

Hingga akhir tahun 2017 lalu, tercatat sebanyak 150 orang penderita, jumlah tersebut meningkat 45 persen lebih banyak dari tahun 2016 yang hanya terdata sekitar 105 orang penderita.

Rata-rata penderita berusia produktif dengan hampir 65 persen penderita didominasi oleh jenis kelamin laki-laki dengan usia berkisar 15 hingga 60 tahun.

Hal tersebut diungkapkan Asep Suganda Pemegang Program HIV AIDS Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang, beberapa waktu lalu kepada Koran Berita(Grup Tvberita.co.id).

Bahkan, Dikatakan Asep, di Kabupaten Karawang pun, hampir 7 persen adalah penderita anak-anak yang ditularkan dari ibunya.

“Resiko penularan seorang ibu yang positif menderita HIV AIDS yang dalam kondisi keadaan hamil pun sebanyak 45 persen kepada anaknya,” ungkap Asep.

Dimana penularannya dapat melalui cairan vaginanya, jalan lahirnya, darah maupun air susu ibu. Sehingga, bagi ibu hamil yang setelah dilakukan tes terindikasi positif mengidap HIV AIDS, tidak dianjurkan melahirkan sang bayi secara normal.

“Agar tidak menular kepada anaknya, si ibu harus melahirkan secara cesar dan melakukan pengobatan anti-retroviral (ARV) secara dinamis, sampai virus HIV AIDS tersebut dapat terus berkurang, karena ARV ini dapat menekan virus,”paparnya.

Menurut Asep, tingginya angka penderita HIV AIDS tersebut disebabkan beberapa faktor, diantaranya yang paling banyak adalah seks bebas serta jarum suntik yang dipakai secara bersamaan.

Guna meminimalisir angka tren kenaikan tersebut Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang terus menangani penderita yang ditemukan tersebut dengan cara pengobatan agar jangan sampai menyebar kepada orang lain.

Sementara bagi orang lain yang belum terkontaminasi penyakit ini, pihaknya gencar melakukan sosialisasi kepada masyarakat bahkan kepada kalangan pelajar sekalipun. Gencarnya sosialisasi tersebut bukan saja dilakukan pada perkotaan akan tetapi merambah hingga ke wilayah pelosok kecamatan dan pedesaan.

“Sampai keperbatasan sekalipun kita sudah lakukan agar mereka tahu sedini mungkin penyebabnya dan berupaya untuk menjauhinya” katanya.

Lebih jauh dikatakannya bahwa angka 150 penderita tersebut adalah penemuan dan tidak menutup kemungkinan jumlahnya akan semakin bertambah banyak dengan orang yang belum memeriksakan dirinya.

“HIV AIDS ini adalah penomena laksana gunung es, bisa saja kelihatan sehat segar bugar namun belum terdeteksi, karena penyakit ini 5 tahun kedepan dimana baru bisa ketahuan dengan semakin menurunnya daya tahan tubuh seseorang,” ungkapnya.

Karena, terang Asep, Wilayah populasi kunci dimana didalamnya ada penjaja sex, waria, LGBT, tidak hanya ada diperkotaan saja akan tetapi tidak menutup kemungkinan di wilayah pelosok.

“Kita terus berupaya dengan mencoba membuka layanan di setiap puskesmas-puskesmas untuk pengobatan, Promosi kesehatan dan penyuluhan-penyuluhan dan bilamana ditemukan akan kita rujuk ke RSUD untuk dilakukan pengobatan ARV,”imbuhnya.

Selain itu, lanjut Asep, pihaknya pun juga bekerja sama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Pejangkau dimana merekalah yang melakukan jangkauan ke tempat sosialisasi seperti itu.

Karena, tutupnya, Kondisi demikian itu memang memerlukan kewaspadaan dan komitmen kuat dari semua pihak dengan ditunjang kepemimpinan yang konsisten dalam bentuk gerakan pencegahan dan penanggulangan HIV AIDS yang terfokus dan terkoordinasi antara lintas sektor di Kabupaten Karawang.(nna/ris)

, beberapa waktu lalu kepada Koran Berita(Grup Tvberita.co.id). Bahkan, Dikatakan Asep, di Kabupaten Karawang pun, hampir 7 persen adalah penderita anak-anak yang ditularkan dari ibunya.

“Resiko penularan seorang ibu yang positif menderita HIV AIDS yang dalam kondisi keadaan hamil pun sebanyak 45 persen kepada anaknya,” ungkap Asep.

Dimana penularannya dapat melalui cairan vaginanya, jalan lahirnya, darah maupun air susu ibu. Sehingga, bagi ibu hamil yang setelah dilakukan tes terindikasi positif mengidap HIV AIDS, tidak dianjurkan melahirkan sang bayi secara normal.

“Agar tidak menular kepada anaknya, si ibu harus melahirkan secara cesar dan melakukan pengobatan anti-retroviral (ARV) secara dinamis, sampai virus HIV AIDS tersebut dapat terus berkurang, karena ARV ini dapat menekan virus,”paparnya.

Menurut Asep, tingginya angka penderita HIV AIDS tersebut disebabkan beberapa faktor, diantaranya yang paling banyak adalah seks bebas serta jarum suntik yang dipakai secara bersamaan. Guna meminimalisir angka tren kenaikan tersebut Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang terus menangani penderita yang ditemukan tersebut dengan cara pengobatan agar jangan sampai menyebar kepada orang lain.

Sementara bagi orang lain yang belum terkontaminasi penyakit ini, pihaknya gencar melakukan sosialisasi kepada masyarakat bahkan kepada kalangan pelajar sekalipun. Gencarnya sosialisasi tersebut bukan saja dilakukan pada perkotaan akan tetapi merambah hingga ke wilayah pelosok kecamatan dan pedesaan.

“Sampai keperbatasan sekalipun kita sudah lakukan agar mereka tahu sedini mungkin penyebabnya dan berupaya untuk menjauhinya” katanya.

Lebih jauh dikatakannya bahwa angka 150 penderita tersebut adalah penemuan dan tidak menutup kemungkinan jumlahnya akan semakin bertambah banyak dengan orang yang belum memeriksakan dirinya.

“HIV AIDS ini adalah penomena laksana gunung es, bisa saja kelihatan sehat segar bugar namun belum terdeteksi, karena penyakit ini 5 tahun kedepan dimana baru bisa ketahuan dengan semakin menurunnya daya tahan tubuh seseorang,” ungkapnya.

Karena, terang Asep, Wilayah populasi kunci dimana didalamnya ada penjaja sex, waria, LGBT, tidak hanya ada diperkotaan saja akan tetapi tidak menutup kemungkinan di wilayah pelosok.

“Kita terus berupaya dengan mencoba membuka layanan di setiap puskesmas-puskesmas untuk pengobatan, Promosi kesehatan dan penyuluhan-penyuluhan dan bilamana ditemukan akan kita rujuk ke RSUD untuk dilakukan pengobatan ARV,”imbuhnya.

Selain itu, lanjut Asep, pihaknya pun juga bekerja sama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Pejangkau dimana merekalah yang melakukan jangkauan ke tempat sosialisasi seperti itu.

Karena, tutupnya, Kondisi demikian itu memang memerlukan kewaspadaan dan komitmen kuat dari semua pihak dengan ditunjang kepemimpinan yang konsisten dalam bentuk gerakan pencegahan dan penanggulangan HIV AIDS yang terfokus dan terkoordinasi antara lintas sektor di Kabupaten Karawang.(nna/ris)