Beranda Regional Kacau, Stok Obat untuk Pasien Gangguan Jiwa Kosong

Kacau, Stok Obat untuk Pasien Gangguan Jiwa Kosong

CIANJUR,TVBERITA.CO.ID- Persoalan kosongnya sejumlah jenis obat di Depo RSUD Sayang Cianjur, ternyata tidak saja dikeluhkan oleh pasien umum, namun juga oleh para pasien penderita gangguan jiwa atau orang dengan gangguan jiwa (ODGJ).

Seperti yang dikeluhkan relawan Komunitas Sehat Jiwa (KSJ) Cianjur, Yuli Hendrika Sugiharti. Ia mengaku sering mendapati terjadinya kekosongan obat bagi para pasiennya yang sedang mendapatkan perawatan di Panti KSJ.

Padahal, jelas Yuli, penderita ODGJ wajib mengonsumsi obat secara berkesinambungan. Hal itu untuk mengurangi gejala yang dialami pasien. “Kosongnya obat bagi ODGJ di depo RSUD cukup sering terjadi, kondisi ini cukup merepotkan kami. Karena, kami terpaksa harus beli di luar. Sementara, sebagian besar penderita merupakan dari kalangan keluarga miskin,” ujarnya kepada wartawan, Kamis (22/3/2018).

Yuli menyebutkan, biaya satu resep obat bagi penderita gangguan jiwa mencapai ratusan ribu rupiah. “Aneh juga obat bisa sampai kosong. Padahal semuanya sudah tercover oleh BPJS. Jika terus dibebankan kepada keluarga pasien atau panti, bagaimana mereka (pasien) bisa sembuh?” ucapnya.

Beberapa jenis obat gangguang jiwa yang paling sering diresepkan dokter untuk menangani gejala pasien, lanjut Yuli, di antaranya obat antidepresan seperti citalopram (celexa) dan fluoxetine (prozac), obat antikecemasan yaitu benzodiazepine, alprazolam (xanax), chlordiazepoxide (librium), clonazepam (klonopin), diazepam (valium), dan lorazepam (ativan).

Obat penstabil mood seperti carbamazepine (carbatrol), lithium, olanzapine, ziprasidone, clozapine, dan valpromide, serta obat antipsikotik seperti clozapine, aripiprazole dan risperidone. “Saya meminta RSUD Cianjur untuk lebih serius dalam menangani persoalan ketersediaan obat, jelas ini sangat berdampak pada proses pengobatan pasien ODGJ,” kata Yuli.

Yuli menambahkan, gangguan jiwa terdiri atas dua kategori, yakni gangguan jiwa berat dan gangguan jiwa ringan. “Gejala dan intensitas keparahannya pun bisa sangat bervariasi antar satu pasien dengan pasien lainnya. Sehingga, obat yang diresepkan oleh dokter akan disesuaikan dengan gangguan spesifik yang dialami masing-masing pasien,” pungkasnya.

Diberitakan sebelumnya, segudang permasalahan yang melilit RSUD Sayang Cianjur, ternyata masih juga belum selesai.

Masalah terbaru, ternyata uang jasa medis BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Nasional) Kesehatan dan SKTM (Surat Keterangan Tidak Mampu), belum dibayarkan pihak rumah sakit plat merah tersebut. Tak tanggung-tanggung, hak pegawai yang belum dibayar tersebut sudah berlangsung selama 3 bulan

“Ya itu benar, hak kami khususnya untuk uang jasa medis belum dibayar selama 3 bulan. Itu hak kami, tapi kenapa tak dibayarkan? Alasannya selalu saja BPJS nunggak. Kapan masalah di rumah sakit ini bisa selesai?” ujar salah satu pegawai RSUD Sayang Cianjur yang enggan disebutkan namanya.

Tak hanya persoalan hak pegawai yang belum dibayar, namun ia pun menyebutkan, saat ini banyak stok obat yang kosong, dikarenakan pihak rumah sakit belum membayar ke distributor obat.

“Ini aneh. Buat hak pegawai belum dibayar, banyak obat kosong karena belum dibayar juga. Tapi kok buat syukuran salah satu gedung bersama Wabup Cianjur sebelumnya ada dananya, dan itu pasti ada amplopnya juga,“ keluhnya.

Keanehannya tersebut semakin menjadi ketika dirinya sempat berkomunikasi dengan pegawai RSUD di Sukabumi. Di sana (Sukabumi, red), sambung dia, nyaris tak pernah terjadi keterlambatan.

“Di Sukabumi, kalau terlambat 2 bulan saja, katanya pegawainya langsung mogok. Terus kalau BPJS nunggak, selalu ada talangan untuk membayar hak-hak para pegawainya. Di Cianjur saja yang aneh. Saat apel pejabat RSUD Cianjur selalu berkoar soal kewajiban, tapi aneh hak pegawai dibiarkan. Boa Edan,“ ucapnya.

Menanggapi hal tersebut, Serikat Perjuangan Rakyat Indonesia (SPRI) Cianjur, Rudi Agan menilai, baik Pemkab Cianjur maupun aparat penegak hukum tak bisa diam saja, pasalnya ia menilai permasalahan di RSUD Sayang Cianjur sudah sangat parah.

“Selama ini kita teralihkan dengan Megaproyek Campaka, lupa kalau RSUD Sayang juga banyak masalahnya. Jangan dibiarkan, harus diusut tuntas karena indikasi penyelewengannya sudah sangat jelas,“ pungkasnya.

Jika segudang permasalahan di RSUD Sayang Cianjur tidak menjadi perhatian khusus Bupati Cianjur, Irvan Rivano Muchtar, sambung Rudi, maka menjadi hal wajar jika timbul kecurigaan dari masyarakat Cianjur.

“Masalahnya sudah banyak dan parah loh, kok bisa bupati diam saja. Dia bisa perintahkan siapa saja untuk mengawasi dan menyelesaikan permasalahan di RSUD. Ini ada apa? Kok dibiarkan?” ucapnya.

Sementara itu, saat hendak dikonfirmasi terkait hak pegawai yang belum dibayar dan banyak stok obat di depo rawat inap kosong, pejabat Humas RSUD Sayang Cianjur sulit dihubungi. (KB)