KARAWANG – Meski hanya beranggotakan hitungan jari, tak menyurutkan langkah Komunitas Lamun membumikan sastra di tanah Pangkal Perjuangan Karawang.
Komunitas Lamun telah berdiri sejak 3 tahun silam. Mengumpulkan karya sastra dari warga lalu menerbitkannya menjadi sebuah buletin adalah pekerjaan mereka.
Fahad Fajri alias Jojon Pestol, Ketua Komunitas Lamun menyebutkan bahwa komunitas Lamun saat ini beranggotakan 5 orang remaja saja.
Baca juga:Â Mengenal Gerkatin Karawang, Wadah Pemberdayaan untuk Penyandang Disabilitas
Namun hal tersebut tidak menyurutkan semangat (mereka) untuk menggaungkan semangat literasi di Karawang.
“Kalo ngomongin komunitas, Lamun ini sebenernya cabang dari Perpustakaan Jalanan Karawang. Kalau Perpus Jalanan udah berdiri tahun 2016, dan lamun dibikin 2020,” ujarnya kepada tvberita.co.id pada Senin, (10/4).
Menurutnya, Lamun berfokus di masalah kesusastraan, dan sudah menerbitkan buletin sebanyak 19 kali edisi.
Lamun dibuat terpisah dari Perpustakaan Jalanan Karawang untuk membedakan antara giat perpus dan giat sastra.
“Kalo perpus lebih ke kegiatan ngelapak buku, sedangkan Lamun dibuat untuk menjadi pembeda karena fokus kita buat kegiatan seputar kesusastraan, buat diskusi, penulisan buku dan lain-lain,” paparnya.
Kesulitan mencari penulis lokal
Farhad mengungkapkan, menjalankan komunitas Lamun ini tentu memiliki tantangan tersendiri, hingga saat ini kesulitan yang paling dirasakan anggotanya adalah pencarian penulis lokal di Karawang.
“Kita sulit menemukan penulis lokal, gak mau sebenernya ngulik penulis-penulis luar terus, kita pengen penulis lokal Karawang tapi sulit didapatkan,” ungkapnya.
Baca juga:Â Idolakan Kimmy Jayanti, Aulia Azzahra Iskandar Bercita-cita Jadi Model Terkenal
Ia menyayangkan, pada awal berdiri banyak penulis lokal Karawang yang ikut serta berpartisipasi dalam menyumbang karya untuk buletin. Namun saat ini jumlahnya makin terkikis, dan terkalahkan oleh kontribusi dari penulis luar Karawang.
“Buletin Lamun pertamakali dibikin awalnya emang banyak penulis Karawang yang ikut serta dalam menulis buletin. Tapi makin kesini makin sedikit, malah kebanyakan orang luar yang ikut nulis,” katanya.
Meskipun begitu, ia dan anggotanya tidak pantang mundur dan bertekad untuk terus menjalankan misi khususnya menggaungkan sastra di bumi Karawang.
“Tetep kita mau fokus banyakin diskusi, terkait kesusastraan khususnya. Kita bakal terus memegang misi kita,” pungkasnya. (*)