
“Namun jika ekosistemnya berubah, misalnya banyak alihfungsi lahan hutan atau penebangan pohon yang masif dan mempengaruhi kelembabpan kawasan di sekitar habitat hidup ular naga jawa, maka populasinya akan menurun atau hilang,” tutup Deby.
Uce Sukendar Kepala Divisi Konservasi Keanekaragaman Hayati (DKKH) Sanggabuana Conservation Foundation (SCF) membenarkan temuan ular naga jawa di Pegunungan Sanggabuana ini.
Baca juga:Â Saat Pemburu Liar Ancam Habitat Satwa Langka di Hutan Sanggabuana Karawang
Ular naga bukan sekedar mitos
“Satwa unik ini menambah daftar keanekaragaman hayati Pegunungan Sanggabuana yang sedang kami kaji untuk bahan usulan perubahan status kawasan Pegunungan Sanggabuana menjadi Kawasan Pelestarian alam dalam bentuk Taman Nasional.”
“Ternyata mitos ular naga penunggu Sanggabuana memang benar ada, bukan ular naga dalam cerita mitologi seperti di film Eragon, tetapi bener-bener ular dari jenis Xenodermus javanicus,” seru Uce.
Sebelumnya SCF sudah merilis temuan hasil eksplorasinya di Pegunungan Sanggabuana Jawa Barat.
Dalam release SCF, Pegunungan Sanggabuana merupakan habitat dari 5 jenis primata, yang 3 di antaranya merupakan primata endemik jawa, dan 1 endemik Jawa Barat.
151 jenis burung dari 52 family juga sudah teridentifikasi oleh tim Sanggabuana Wildlife Expedition. Pada tahun ini, SCF juga merilis video macan tutul jawa dan macan kumbang (Panthera pardus melas) yang berhasil terekam oleh kamera trap yang dipasang oleh tim SCF di Pegunungan Sanggabuana selama satu tahun. (red)