Beranda Regional Purwakarta Dorong Petani Kembangkan Sawah Organik

Purwakarta Dorong Petani Kembangkan Sawah Organik

PURWAKARTA, TVBERITA.CO.ID- Dinas Pangan dan Pertanian, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, terus berjibaku melakukan berbagai inovasi supaya produktifitas pertanian khususnya jenis padi di wilayah ini bis lebih berkembang.

Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah melalui dinas terkait ini, yakni dengan menggenjot para petani dalam hal peningkatan indeks pertanaman. Tak hanya itu, dinas terkait pun saat ini tengah berupaya mendorong para petani supaya bisa mengembangkan pertanian padi organik.

Kepala Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Purwakarta, Agus Rachlan Suherlan mengungkapkan, potensi pengembangan sawah organik ini cukup tinggi. Apalagi, salah satu sarana pendukung terealisasinya program tersebut sudah ada.

“Potensi pengembangan sawah organik di wilayah kami cukup tinggi. Salah satu indikatornya, ketersediaan air bersih yang tidak tercemar logam berat masih cukup melimpah di wilayah kami,” ujar Agus kepada Okezone, akhir pekan kemarin.

Adapun wilayah yang paling potensial untuk dikembangkan menjadi areal pertanian organik itu, yakni di wilayah selatan Purwakarta. Semisal, wilayah Kecamatan Pasawahan, Bojong dan Kiarapedes.

Agus menjelaskan, untuk saat ini areal sawah yang sudah menggunakan sistem pemupukan organik mencapai 200 haktere. Lahan pertaniam organik ini tersebar di tiga wilayah itu. Kedepan, dinasnya menargetkan di wilayah Selatan ini akan ada 1.000 hektare lahan menjadi area persawahan organik.

Agus mengaku, pihaknya sangat optimis pengembangan sawah organik ini bakal terealisasi. Mengingat, ketersediaan air bersih di wilayah itu cukup melimpah. Karena, air untuk pesawahan di wilayah ini bersumber langsung dari mata air pegunungan.

“Air di wilayah Selatan kami rasa belum terkontaminasi logam berat. Ini yang menjadi alasan kami mengembangkan sawah organik di wilayah ini,” jelas dia.

Karena, sambung dia, selain pupuknya yang menggunakan bahan organik, salah satu sarat keberhasilan pertanian organik itu sendiri dari suplai airnya. Jadi, air untuk mengairi sawah tersebut jangan sampai tercemar logam berat.

Dengan kata lain, jika airnya sudah bagus maka komponen lainnya tinggal mengikuti. Salah satunya pupuk. Kalau untuk benih, varietas apapun bisa jadi pendukung pertanian organik. Jadi, tidak ada masalah dengan benih varietas apapun.

Agus menambahkan, alasan instansinya mendorong supaya areal persawahan organik ini bertambah karena kesadaran masyarakat akan pentingnya bahan pangan sehat cukup tinggi. Apalagi, beras organik yang sudah lolos sertifikasi ini, dijamin bebas residu dan zat kimia.

“Saat ini saja, permintaan pasar akan beras organik cukup tinggi. Di atas lima ton per bulan. Tapi petani kita belum bisa mencukupinya,” tambah dia.

Selain itu, beras organik ini merupakan prospek yang sangat menjanjikan. Karena harga pasarannya cukup mahal. Yakni di atas Rp 20 ribu per kilogram. Dengan begitu, petani yang konsen di pertanian organik ini, dijamin akan menjadi petani dengan tingkat kesejahteraan yang meningkat.

Sementara itu, Endang Yarmedi (65), salah seorang petani organik Kampung Cipamangkat Rp 16/08, Desa Pasawahan, Kecamatan Pasawahan mengatakan, sejak 13 tahun lalu dirinya mencoba untuk beralih dari petani konvensional ke pupuk organik.

“Alhamdulillah, selain produk yang dihasilkannya sehat, keuntungannya pun cukup besar dibanding pertanian konvensional yang menggunakan pemupukan kimia,” ujar Endang.

Mungkin, awal-awal dirinya terjun menjadi petani dan fokus pada pertanian konvensional, tidak pernah ada evaluasi keuntungan. Saat itu, dirinya hanya niat bercocok tanam tanpa menghitung untung rugi.

Akan tetapi, makin kesini uang tabungannya semakin menipis. Lalu habis. Ternyata, setelah ditelaah ada yang keliru dari cara bercocok tanamnya. Yakni, biaya produksi tak sebanding dengan hasil produksi.

“Dari situ, saya kemudian mencoba beralih ke cara organik. Dan ternyata hasilnya memuaskan,” jelas dia.(okz/kb)