PURWAKARTA – Istilah petani milenial tidak semata dimaknai sebagai anak muda yang turun ke sawah membawa pacul atau arit. Lebih dari itu, generasi muda dituntut hadir sebagai motor inovasi yang mampu membawa pertanian modern dan berkelanjutan.
Hal tersebut ditegaskan oleh Eni Lestiorini, pegiat lingkungan sekaligus pelopor hidroponik di Kabupaten Purwakarta.
Menurutnya, petani milenial harus mampu menciptakan terobosan dalam dunia pertanian, baik dari sisi teknologi pertanian maupun pemasaran hasil panen.
Baca juga: Mahasiswa KKN STIES Purwakarta Pasang Reflektor Jalan di Desa Ciracas untuk Kurangi Kecelakaan
“Petani milenial itu bukan sekadar harus pegang pacul atau arit, tapi bagaimana mereka mampu menciptakan alat-alat yang mendukung pertanian, sekaligus membuka lahan pasar bagi para petani, baik konvensional maupun hidroponik,” ujar Eni, Kamis (28/8/2025).
Ia menyoroti ketertinggalan Indonesia dibanding negara lain seperti Jepang atau Tiongkok yang sudah lebih maju dalam teknologi pertanian. Bahkan, di luar negeri, padi bisa ditanam di dalam ruangan dengan bantuan lampu grow light sebagai pengganti sinar matahari.
“Kita masih jauh tertinggal dari sisi alat. Harapan saya, petani milenial bisa menjadi pencipta sekaligus pengembang teknologi pertanian yang efisien dan terjangkau. Jangan sampai alat-alat modern justru tidak bisa diakses karena harganya terlalu mahal bagi petani,” tambahnya.
Baca juga: Om Zein Fokus Tuntaskan Jalur Lingkar Barat Purwakarta pada 2026
Selain aspek teknologi, Eni juga menekankan pentingnya dukungan kebijakan, terutama soal subsidi pupuk. Menurutnya, kolaborasi antara inovasi petani milenial dan kebijakan pemerintah akan menjadi kunci menuju kemandirian pangan nasional.
“Pertanian modern tidak selalu soal lahan luas. Lahan sempit pun bisa produktif jika dikelola dengan sistem seperti hidroponik. Petani milenial harus mampu mengedukasi masyarakat bahwa bertani bisa dilakukan dengan cara modern, efisien, dan menghasilkan,” pungkasnya. (*)










