CIANJUR, TVBERITA.CO.ID- Belum genap sepekan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cianjur memberlakukanrerouting angkutan umum (Angkum, red) dan satu arah di sejumlah ruas jalan dalam kota. Namun, sejumlah terminal bayangan mulai menghiasi beberapa ruas jalan.
Dari pantauan, sejumlah ruas jalan yang dijadikan terminal bayangan oleh para pengemudi angkum, seperti di ruas Jalan Prof Moch Yamien, Jalan KH Abdulah bin Nuh (BLK), dan Jalan Ir H Djuanda.
Ucok (37), seorang warga Jalan Prof Moch Yamien, mengungkapkan, keberadaan terminal bayangan memperparah kemacetan arus lalulintas di ruas jalan itu.
Padahal, jelas Ucok, penerapan rerouting dan sistem satu arah oleh Pemkab Cianjur awalnya untuk mengatasi persoalan kemacetan lalulintas yang terjadi ruas-ruas jalan dalam kota Cianjur.
“Harus ada ketegasan dari petugas, agar terminal bayangan yang mulai bermunculan tersebut segera ditertibkan. Sehingga, rencana pemerintah untuk mengatasi persoalan kemacetan dapat berjalan baik,” ungkap Ucok, kepada wartawan, Rabu (31/1/2018).
Senada, Dewi Anzani (26), warga Kecamatan Karangtengah, mengatakan, selain menyelesaikan persoalan terminal bayangan. Pemkab Cianjur juga diminta untuk menyediakan atau menghadirkan pelayanan dan fasilitas transportasi umum yang aman dan nyaman.
“Saat ini masih banyak sarana transportasi umum yang jauh dari kata layak, padahal sarana tersebut sangat dibutuhkan, khususnya masyarakat golongan ekonomi menengah,” kata Dewi.
Dewi menyebutkan, sepengetahuannya tak hanya persoalan sarana transportasi umum. Tapi, saat ini masih tidak tertatanya lokasi terminal yang ada di Cianjur.
“Kondisi terminal yang ada, seperti terminal Rawabango sangat tidak refresentatif, sehingga penumpang lebih memilih menunggu bus atau angkum di luar terminal. Dan ini yang menyebabkan munculnya terminal-terminal bayangan,” ucapnya.
Sementara itu, Wakil Bupati Cianjur Herman Suherman, menuturkan pihaknya akan terus melakukan evaluasi terkait penerapan kebijakan rerouting dan satu arah di beberapa ruas jalan dalam kota Cianjur.
“Tidak ada terminal bayangan, yang ada hanya angkum yang menunggu penumpang saja. Kami akan terus lakukan evaluasi terkait penerapan kebijakan tersebut,” tutur orang nomor dua di Kabupaten Cianjur itu.
Herman mengakui, dalam penerapan kebijakan itu masih banyak keterbatasan, di antaranya minimnya sosialisasi dan petugas di lapangan . “Kami akui, keterbatasan petugas menjadi persoalan. Tapi untuk dapat menyosialisasikan kebijakan tersebut kami akan berdayakan para rukun tetangga (RT) untuk terlibat langsung, sehingga masyarakat benar-benar memahami,” ucapnya. (kb)