Beranda Regional Telah Berjalan Setahun Dosen ITB Teliti Obat HIV dan Masuki Tahap Pengembangan

Telah Berjalan Setahun Dosen ITB Teliti Obat HIV dan Masuki Tahap Pengembangan

BANDUNG, TVBERITA.CO.ID -Dosen Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) Institut Teknologi Bandung Dr Azzania Fibriani, melakukan penelitian tentang obat HIV.

 

Penelitian yang dilakukannya adalah tentang pengembangan sistem high throughput untuk menyeleksi kandidat obat anti HIV dari sumber daya hayati Indonesia.

“Ide dari penelitian kita adalah bagaimana caranya bisa menemukan obat-obatan anti HIV dari research Indonesia sendiri,” katanya di Labtek SITH-ITB, Kampus ITB, Jalan Ganesa, Kota Bandung, belum lama ini.

Azzania menjelaskan, penelitiannya dilakukan berangkat dari permasalahan kelompok pengobatan kedua yang tidak disubsidi oleh WHO, sehingga tidak semua pasien bisa mengakses pengobatan ini karena harganya yang relatif mahal.

Baca Juga : 800 Volunteer Siap Bantu Penyelenggaraan Asian Games 2018 Di Jawa Barat

Menurut Azzania, virus HIV dapat menyerang sistem kekebalan tubuh dan menimbulkan penyakit AIDS.

Belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkan penyakit tersebut sampai saat ini.

“Pengobatan HIV yang sekarang dilakukan hanya dapat memperlambat perkembangan penyakit tersebut, namun tidak dapat menghilangkan infeksi virus HIV pada tubuh pasien,” kata Azzania.

Karenanya, pencegahan penyebaran infeksi HIV perlu ditingkatkan.

Diharapkan, salah satu jalan keluar dalam masalah ini adalah dengan diagnosis secara dini dan terapi yang tepat.

Sampai saat ini ada beberapa kelompok obat yang digunakan dalam terapi virus HIV.

“Untuk kelompok pertama, pengobatan tersebut mereka masih disubsidi oleh World Health Organization (WHO) atau organisasi kesehatan dunia dari PBB, sehingga pasien dapat mendapatkan akses pengobatan dengan relatif mudah,” kata Azzania.

Kepatuhan pasien menjadi kunci penting untuk menentukan tingkat keberhasilan pengobatan tersebut.

Apabila pasien HIV mengalami kegagalan dalam pengobatan lini pertama, maka kepada pasien tersebut harus diberikan pengobatan lini kedua.

“Sayangnya kelompok pengobatan kedua ini tidak disubsidi oleh WHO,” katanya.

Azzania mengatakan, penelitian tentang sistem seleksi obat ini sudah dimulai sejak tahun 2017, di mana, dia dan tim sedang merancang suatu sistem untuk menyeleksi obat-obatan biodiversitas asli dari Indonesia sendiri.

Penelitian tersebut saat ini masih dalam tahap pengembangan dan validasi.

Sistem seleksi yang dikembangkan memiliki keunggulan, selain dapat menyeleksi berbagai senyawa dalam waktu yang singkat dan bersamaan,sistem ini juga tidak perlu dilakukan di laboratorium dengan tingkat keamanan yang tinggi (Biosafety level 3).

Sehingga sistem penapisan ini dapat dilakukan di hampir semua laboratorium molekuler di Indonesia.

Hal ini tentu saja akan sangat menguntungkan untuk menyeleksi obat anti HIV yang baru.

“Dengan sistem ini orang tidak perlu mengembangbiakan virusnya, melalui sistem ini bisa menyeleksi obatan-obatan senyawa yang bisa menjadi kandidat untuk obat HIV. Sampai sekarang, sistem ini sedang dirancang dan sudah dalam tahap validasi. Dalam 1-2 tahun ke depan sistem ini bisa dikembangkan ke tingkat lebih lanjut lagi. Sistem ini dapat digunakan untuk mencari alternatif pengobatan untuk infeksi HIV,” ujarnya.

Hebatnya, melalui penelitian ini, Azzania mendapat penghargaan L’Oreal Fellowship For Women in Science tahun 2016 dalam bidang inovasi obat HIV.

Dia berharap, setelah validasi selesai akhir tahun 2018 bisa segera melakukan seleksi kandidat senyawa untuk diuji pakai sistem tersebut.

“Validasi sudah, sampai Oktober ini sudah siap mencoba senyawa dari bahan indonesia semua, senyawa kita dapat dari bahan alami,” katanya.(tribunjabr/kb)