PURWAKARTA – Di tengah gencarnya pembangunan infrastruktur di berbagai daerah, masih ada kampung-kampung tertinggal yang belum tersentuh kemajuan. Salah satunya adalah Kampung Ngantay, yang berada di RT 014/RW 007, Desa Parungbanteng, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Purwakarta.
Warga Kampung Ngantay masih berjuang mendapatkan akses jalan yang layak, bahkan untuk kebutuhan paling mendasar seperti sekolah, layanan kesehatan, dan transportasi hasil tani.
Untuk keluar masuk kampung, warga harus melewati jalan setapak sempit di tepi danau. Jalur ini licin saat hujan, berbatu saat kemarau, dan sangat curam. Anak-anak dan lansia menjadi kelompok yang paling rentan.
Baca juga: Festival Budaya Nusantara Siap Meriahkan Hari Jadi Purwakarta, Diikuti 13 Daerah
“Kalau hujan deras, jalan ini berubah jadi sungai kecil. Anak-anak susah sekolah. Kalau air danau naik, kami harus pakai perahu. Kalau ada yang sakit, susah sekali keluar,” ujar salah satu warga yang enggan disebutkan namanya, saat dihubungi Purwakarta Update, Rabu (16/7/2025).
Akses Jalan Masih Jadi Masalah Utama
Ketertinggalan akses jalan desa berdampak pada banyak aspek kehidupan warga. Kebutuhan pokok sulit masuk, dan hasil pertanian harus dipikul sejauh beberapa kilometer.
Meski demikian, warga tidak tinggal diam. Sejak 2024, mereka membangun jalan baru sepanjang 2 kilometer secara swadaya, dengan menyusuri jalur hutan, sawah, dan lahan perbukitan. Pekerjaan dilakukan dengan gotong royong, menggunakan batu dan kayu seadanya.
“Kami hanya ingin jalan yang aman. Tidak perlu bagus, cukup yang bisa dilewati motor dan bisa antar anak-anak ke sekolah dengan selamat,” tambah warga.
Tertinggal di Tengah Pembangunan
Upaya pembangunan jalan kini tersendat karena keterbatasan dana dan kondisi cuaca ekstrem. Warga berharap perhatian dari pemerintah, agar pembangunan infrastruktur desa seperti akses jalan bisa merata hingga kampung-kampung terpencil.
Baca juga: SMPN 1 Purwakarta Terapkan MPLS Ramah, Fokus pada Penguatan Karakter Siswa Baru
Kampung Ngantay menjadi cermin nyata ketimpangan pembangunan yang masih terjadi. Di saat kota-kota besar menikmati kemudahan akses, sebagian warga desa masih berjalan kaki di atas batu terjal demi memenuhi kebutuhan dasar. (*)









