Beranda Health Konsumsi Jengkol Selama Kehamilan: Risiko dan Manfaat yang Perlu Diketahui

Konsumsi Jengkol Selama Kehamilan: Risiko dan Manfaat yang Perlu Diketahui

Manfaat jengkol
Rendang Jengkol (Foto: Istimewa/net.)

TVBERITA.CO.ID – Selama kehamilan, ibu hamil sering mendengar berbagai pantangan makanan, termasuk jengkol.

Banyak yang bertanya-tanya apakah konsumsi jengkol benar-benar berbahaya bagi kehamilan.

Baca juga: Vitamin Alami untuk Mata Sehat: Sumber dan Manfaatnya

Jengkol: Aman Dikonsumsi dengan Porsi Terbatas

Menurut dr. Ameetha Drupadi, ibu hamil boleh mengonsumsi jengkol asalkan tidak berlebihan dan harus disertai makanan bergizi lainnya.

Konsumsi berlebihan bisa menyebabkan keracunan. Jengkol mengandung karbohidrat, kalsium, fosfor, zat besi, kalium, natrium, protein, mineral, lemak, hingga vitamin C yang membantu memenuhi kebutuhan gizi harian ibu hamil.

Baca juga: Balut Kuliner Ekstrim Filipina ini Ternyata Mengandung Banyak Manfaat

Risiko Konsumsi Jengkol Berlebihan

Jengkol mengandung asam jengkolat yang dapat membentuk kristal berbahaya bagi saluran kencing dan pembuluh darah.

Konsumsi berlebihan dapat menyebabkan gangguan pencernaan, mual, nyeri perut, muntah, darah dalam urine, hingga gagal ginjal.

Selain itu, asam jengkolat dapat menyebabkan bau tidak sedap pada mulut dan urine serta merusak organ tubuh seperti hati, pankreas, dan jantung.

Manfaat Jengkol bagi Ibu Hamil

Meski memiliki risiko, jengkol juga menawarkan beberapa manfaat. Kandungan serat dalam jengkol dapat melancarkan buang air besar.

Zat besi dalam jengkol membantu mencegah anemia, sementara kalsium mendukung pertumbuhan tulang janin.

Baca juga: Manfaat Menghirup Aroma Kopi Bagi Kesehatan, Tingkatkan Konsentrasi dan Daya Ingat

Antioksidan dalam jengkol melancarkan peredaran darah dan menjaga kesehatan jantung. Jengkol juga membantu mengendalikan kadar gula darah, sehingga aman bagi ibu hamil dengan diabetes.

Ibu hamil disarankan untuk mengonsumsi jengkol sesekali saja guna mendapatkan manfaat tanpa mengambil risiko berlebihan. (*)