Beranda Internasional Revolusi Teknologi Imersif di Industri Konstruksi Malaysia

Revolusi Teknologi Imersif di Industri Konstruksi Malaysia

Teknologi imersif di malaysia
Ilustrasi teknologi imersif. Foto: istimewa

Teknologi imersif malaysia

Author: Profesor Madya Dr. Md. Asrul Nasid Masrom

Pembantu Dekan (Penelitian, Pembangunan dan Penerbitan), Peneliti Utama, Pusat Penyelidikan Pengurusan Infrastruktur Lestari dan Alam Sekitar (CSIEM). Fakulti Pengurusan Teknologi dan Perniagaan. UTHM. Malaysia

Teknologi imersif malaysia

Author: Dr. Uus MD Fadli

Pembantu Rektor Kemahasiswaan dan Alumni UBP Karawang Indonesia.


TVBERITA.CO.ID – Transformasi digital seperti teknologi imersif (Virtual Reality – VR), Augmented Reality (AR), dan Mixed Reality (MR) mendapatkan daya tarik di industri konstruksi global. Di Malaysia, Construction Industry Development Board (CIDB) adalah salah satu pihak yang berperan penting dalam memperkenalkan dan mempromosikan penggunaan teknologi modern ini di sektor konstruksi.

Berdasarkan laporan dan inisiatif CIDB, teknologi imersif dipandang sebagai elemen penting dalam meningkatkan produktivitas, keamanan, dan kualitas di industri konstruksi lokal.

Namun, seberapa bersedia pemain industri konstruksi di Malaysia untuk mengadopsi teknologi imersif ini? Apakah kita masih nyaman dengan metode tradional dan konvensional?

Berbagai inisiatif dan program untuk mempercepat transformasi digital di industri konstruksi, termasuk mendorong penggunaan teknologi imersif, sedang diupayakan baik di kalangan industri maupun lembaga studi. Salah satu program utama di bawah CIDB adalah Rencana Strategis Konstruksi 4.0 (2021-2025) yang bertujuan untuk memperkenalkan teknologi baru seperti otomatisasi, robotika, Internet of Things (IoT), dan teknologi imersif di sektor konstruksi.

Baca juga: Teknologi AI Menjamah Jurnalistik, DK PWI Jabar: Tetap Kedepankan Kode Etik

Program ini sejalan dengan visi pemerintah untuk meningkatkan daya saing industri melalui pemanfaatan teknologi terkini.

Dalam laporan tersebut, transformasi digital, termasuk penggunaan teknologi imersif, sangat penting untuk mengatasi tantangan produktivitas yang rendah dan ketergantungan yang berlebihan pada tenaga kerja asing. Teknologi imersif terlihat berkontribusi pada manajemen proyek yang lebih efisien, pelatihan karyawan yang lebih baik, serta peningkatan kualitas desain dan perencanaan proyek.

Menurut studi dan survei yang dilakukan oleh CIDB, kesadaran akan teknologi imersif di kalangan perusahaan konstruksi Malaysia masih pada tingkat sedang. Laporan Construction  Industry Transformation Programme (CITP) 2016-2020 menyebutkan bahwa meskipun banyak perusahaan yang mulai mengadopsi teknologi digital seperti Building Information Modelling (BIM), penerapan teknologi imersif masih belum meluas.

Misalnya, penggunaan BIM yang memiliki unsur teknologi imersif telah berkembang di sektor konstruksi Malaysia dengan dukungan CIDB. Namun, data dari CIDB menunjukkan bahwa pada tahun 2020, hanya 13,5% perusahaan konstruksi di Malaysia yang aktif menggunakan BIM. Angka-angka ini menunjukkan bahwa meskipun meningkatnya kesadaran akan teknologi digital, adopsi teknologi yang sepenuhnya imersif seperti VR dan AR masih dalam masa pertumbuhan.

Upaya untuk memberdayakan teknologi imersif tidak hanya di Malaysia, tetapi juga di luar negeri seperti University of Melbourne dan Cambridge University merupakan fokus signifikan pada penelitian berbasis teknologi imersif, dengan peran utama dalam mendorong inovasi, menyediakan pendidikan khusus, dan berkolaborasi dengan industri.

Baca juga: Mark Zuckerberg dan Elon Musk Kompak Bilang Smartphone Akan Punah, Diganti Teknologi Ini

Peran pusat penelitian seperti Melbourne Human-Computer Interaction (HCI) Group dan Centre for the Future of Intelligence (CFI) di University of Cambridge adalah tulang punggung dalam memperkaya pengetahuan tentang penerapan teknologi ini di sektor konstruksi, pendidikan, kesehatan, dan desain, serta membangun kemampuan masa depan yang lebih canggih dan berkelanjutan secara global.

Kekuatan Teknologi Imersif dalam Proyek Konstruksi

Teknologi imersif berkontribusi pada perubahan paradigma di sektor konstruksi. Teknologi ini, terutama VR dan AR, memungkinkan arsitek, insinyur, dan pemangku kepentingan lainnya untuk terlibat lebih dalam dalam fase desain.

Misalnya, VR memberikan pengalaman realitas virtual yang memungkinkan para profesional untuk “berjalan” dalam desain bangunan sebelum konstruksi yang sebenarnya dimulai. Ini memberikan kesempatan untuk mengidentifikasi kelemahan desain atau potensi masalah teknis lebih awal, mengurangi biaya koreksi tahap akhir.

Selain itu, AR dapat digunakan untuk menggabungkan elemen desain di dunia nyata, memungkinkan inspeksi desain versus situs aktual secara langsung.

Melalui kolaborasi virtual ini, banyak pihak dari lokasi yang berbeda dapat berkolaborasi secara bersamaan secara real-time, memungkinkan hasil yang lebih cepat dan lebih efisien. Teknologi ini juga memungkinkan konstruksi yang lebih disesuaikan dengan kebutuhan klien karena mereka dapat terlibat langsung dalam proses desain dengan memberikan umpan balik yang lebih dalam melalui interaksi langsung dengan model imersif.

Dalam manajemen proyek konstruksi, kemampuan teknologi imersif untuk memantau dan mensimulasikan perkembangan proyek sangat berharga. MR, misalnya, memungkinkan manajer proyek untuk memantau kemajuan konstruksi dibandingkan dengan model desain digital langsung di lokasi konstruksi.

Ini membantu memastikan bahwa proyek berjalan sesuai dengan jadwal dan spesifikasi yang ditetapkan. Selain itu, teknologi imersif juga memungkinkan visualisasi berbagai skenario simulasi yang dapat membantu manajer proyek dalam membuat keputusan yang lebih baik terkait logistik, keamanan, dan distribusi sumber daya. Misalnya, simulasi VR dapat digunakan untuk menguji kelayakan logistik di lokasi konstruksi, mengurangi potensi masalah yang mungkin timbul.

Baca juga: Bupati Karawang Berduka Ada Petugas KPPS yang Meninggal, Akan Berikan Bantuan UMKM

Tidak hanya itu, keselamatan merupakan masalah utama dalam proyek konstruksi, dan teknologi imersif memberikan solusi yang signifikan untuk meningkatkan keselamatan di lokasi konstruksi. Melalui penggunaan VR, pekerja dapat dilatih di lingkungan yang mensimulasikan lokasi konstruksi nyata tetapi dalam suasana yang terkendali dan aman. Ini membantu mereka mempelajari prosedur keselamatan dan mengatasi potensi bahaya sebelum terkena risiko aktual.

AR, di sisi lain, dapat digunakan di lokasi konstruksi untuk memperingatkan pekerja tentang bahaya atau perubahan di lokasi secara real-time. Dengan menggabungkan visualisasi digital dan dunia fisik, AR dapat memberikan data penting seperti informasi struktural atau sinyal bahaya yang tidak terlihat dengan mata telanjang.

Salah satu keunggulan teknologi imersif adalah kemampuannya untuk mengurangi biaya dan waktu dalam konstruksi. Melalui simulasi dini dan deteksi dini masalah, koreksi yang mahal dan waktu yang terbuang dapat dihindari. Teknologi seperti AR dan MR membantu memastikan akurasi konstruksi dan menghindari pengerjaan ulang, yang sering menjadi penyebab utama pemborosan di sektor ini.

Selain itu, proses pelatihan melalui VR juga dapat mengurangi waktu pelatihan karyawan karena mereka dapat menguasai keterampilan yang diperlukan dalam waktu yang lebih singkat, tanpa harus terpapar lingkungan konstruksi yang berbahaya atau rumit pada awalnya.

Tantangan Menerapkan Teknologi Imersif

Salah satu tantangan utama dalam adopsi teknologi imersif di Malaysia adalah tingginya biaya dan kekurangan tenaga kerja terampil. Biaya teknologi dan kurangnya keterampilan digital di antara tenaga kerja konstruksi menjadi hambatan utama bagi perusahaan konstruksi kecil dan menengah (UKM) untuk mengintegrasikan teknologi seperti VR dan AR.

Baca juga: Menjadi Mahasiswa Holistik dalam Arus Digital

Sektor publik dan swasta perlu bekerja sama untuk membangun ekosistem teknologi digital yang lebih berkelanjutan di industri konstruksi. Pemerintah juga mulai mengambil langkah-langkah untuk memberi insentif kepada perusahaan yang berinvestasi dalam teknologi konstruksi digital, termasuk teknologi imersif, melalui hibah dan dana insentif.

Secara keseluruhan, teknologi imersif membawa berbagai manfaat bagi industri konstruksi, termasuk peningkatan efisiensi desain, manajemen proyek yang lebih efisien, peningkatan keselamatan, kontrol kualitas yang lebih akurat, serta pengurangan biaya dan waktu.

Di dunia yang semakin canggih dan serba cepat, kemampuan teknologi imersif untuk memberikan pengalaman interaktif dan realistis telah menjadi salah satu kekuatan terbesarnya dalam merevolusi industri konstruksi. Namun, upaya ini hanya akan menjadi “angan-angan Mat Jenin” jika tidak ada kesepakatan dengan semua pelaku industri konstruksi. (*)