BANDUNG, TVBERITA.CO.ID – Satu hal yang menjadi bagian penting dalam pengelolaan pariwisata adalah manajemen krisis. Henderson, J. C (2011) dalam bukunya berjudul Managing Tourism Crises menekankan betapa pentingnya bagaimana suatu negara, daerah, kawasan dalam menangani ragam krisis yang melanda dan menghambat kegiatan kepariwisataan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ragam krisis yang dapat mengganggu kegiatan pariwisata diantaranya gangguan politik, keresahan sosial.
Hubungan tuan rumah-tamu, ketidakstabilan sosial , misalnya fluktuasi nilai tukar, kondisi lingkungan, bencana alam dan krisis kesehatan, krisis teknologi dan krisis perusahaan.
Dalam perjalanannya, Indonesia juga mengalami berbagai krisis yang secara langsung maupun tidak langsung berimbas kepada sektor pariwisata seperti kasus bom di Bali, virus SARS, bencana gempa Lombok, Gunung meletus dan krisis ekonomi.
Memperhatikan apa yang tengah terjadi saat ini, maka sangat baik jika di setiap daerah (terlebih yang terkena dampak) dengan melakukan serangkaian tahapan mitigasi terhadap wisatawan yang dicurigai terkena virus corona. Misalnya saja dengan menyiapkan area evakuasi yang tepat.
Kebijakan yang dapat dilakukan dari pihak pelaku industri pariwisata misalnya setiap agen perjalanan dapat memperhatikan kondisi dan imbauan pemerintah dalam penjualan paket wisata outbound ke Cina serta inbound Cina ke Indonesia. Upaya lain adalah dengan pangalihan promosi pariwisata ke negara yang tidak terdampak seperti halnya membidik pasar Amerika, Eropa maupun Australia. Tentu ini juga bukanlah sesuatu yang mudah karena informasi corona sudah mengglobal dan wisatawan akan mempertimbangkan aspek keamanan sebelum melakukan keputusan berkunjung. Atau justru ini adalah momentum yang tepat dalam mengoptimalkan promosi kepada wisatawan domestik sehingga pariwisata Indonesia tetap menggeliat.
Kita masih belum tahu sampai kapan kasus corona ini akan berakhir. Tentu berharap akan segera mendapatkan penyelesaian dan tidak ada lagi korban karena corona. Jika saatnya kasus corona dapat diselesaikan, maka masih diperlukan waktu untuk pemulihan dan mengembalikan citra baik dan aman. Begitu juga dalam mengembalikan kepercayaan wisatawan. Sejauh ini, belum ditemukan obat untuk virus corona, namun upaya pencegahan terus dilakukan. Kekhawatiran global akan terus meningkat jika hal ini tidak tuntas ditangani, dan kita berharap pariwisata tak turut mati oleh corona (*)
Artikel Oleh : Titing Kartika
Dosen STIEPAR YAPARI Bandung