KARAWANG, TVBERITA.CO.ID- Apa yang sudah diterapkan di SMK Taruna Karya 1 Karawang mungkin bisa dijadikan contoh oleh sekolah-sekolah lain.
Sekolah yang dipimpin oleh Eka Santoso ini sekarang mulai berbenah menjadi sekolah berkualitas dengan menerapkan kedisiplinan bagi para siswanya yang dikenal suka terlibat aksi tawuran ini.
Salah satu buktinya yaitu pemberian sanksi berupa denda bagi siswa-siswi yang melanggar aturan tata tertib sekolah. Tahun-tahun sebelumnya, pihak sekolah tidak pernah memberikan sanksi seperti itu.
Maka wajar jika setelah sanksi diberlakukan menjadi kebijakan baru, ada banyak pihak yang kurang setuju.
“Ya memang waktu pertama kali dijadikan kebijakan ada yang pro dan kontra, namun itu bagi saya hal yang bisa dimaklumi. Intinya sekolah ini kan sedang berbenah menjadi sekolah yang punya nilai positif di masyarakat.
Maka kami memulainya dari lingkup kedisiplinan para siswanya,” ungkap Eko saat ditemui di ruanganya, Selasa (16/1).
Eka menjelaskan, kondisi siswa SMA dan SMK secara psikologis memiliki banyak perbedaan. Salah satu contohnya adalah pemberian sanksi yang dilakukan pihak sekolah kepada para siswanya pun harus disesuaikan dengan kondisi tersebut.
Ia mengakui bahwa sebagian besar siswanya sulit diatur. Maka tak heran jika bentuk hukuman yang selama ini diberikan tidak berdampak apa-apa.
“Kalau dibentak-bentak, dimarahi berulang kali sampai berbusa siswa tetap cuek-cuek saja. Itu yang membuat pihak sekolah angkat tangan,” ujarnya.
Anehnya, pemberian sanksi berupa denda ini cukup jitu mengurangi perilaku negatif siswa, seperti berseragam tidak rapi, bolos, terlambat masuk sekolah sampai merokok di lingkungan sekolah.
Eka pun mengaku sempat dibuat heran, karena hukuman yang tergolong unik ini terbukti ampuh memberikan efek jera bagi sebagian besar siswanya.
“Kalo ketahuan buang sampah sembarangan, pakai baju tidak rapi itu kena denda 2.000 rupiah.
Kalau ada yang ketahuan bolos sekolah sampai merokok di lingkungan sekolah didenda 100 ribu dan kami panggil kedua orang tua mereka. Ternyata siswa lebih takut uang jajanya keambil daripada dibentak-bentak,” pungkasnya. (nji/fzy)
ILUSTRASI