
KARAWANG – Dalam rangka memperingati Hari Disabilitas Internasional 2025, Yayasan Kreasi Tuli Indonesia (KTI) menggelar pertunjukan seni, bazar hingga workshop membantik di Mal Technomart Karawang pada Rabu, (3/12).
“Ada pertunjukan seni dari temen-temen difabel, ada pameran bazar, kemudian ada workshop membantik dari Kreasi Tuli Indonesia. Selain pertunjukan seni, ada juga guestar Bagus Netral,” ujar Inaraya selaku Founder Kreasi Tuli Indonesia.
Inaraya menjelaskan, sejauh ini ada sebanyak 60 difabel yang dibina langsung oleh Yayasan Kreasi Tuli Indonesia. Sebagai founder, ia ingin para difabel bisa mandiri dan kreatif dalam menjalani kehidupan.
Baca juga: DKM Masjid Agung Karawang Resmi Dilantik, Bupati Aep Minta Jadi Masjid Ramah Musafir
Terlebih, serapan kerja untuk difabel masih terbilang minim. Sehingga Inaraya berharap, para difabel bisa memiliki penghasilan mandiri dari hasil pembinaan yang dilakukan oleh Yayasan KTI.
“Kita ada pelatihan vokasional, seperti membatik, menjatih, kriya, kuliner dan barista. Harapannya, secara finansial mereka bisa mandiri. Karena, lapangan kerja sebetulnya sudah ramah, tapi masih sebatas seremonial, belum benar-benar terserap. Seringkali diterima, tapi nanti mereka kerjanya gak lama karena kerap miskom. Jadi solusinya, disabilitas harus banyak pelatihan vokasi, bisa mereka punya penghasilan,” ungkapnya.

Ujang, salah satu disabilitas binaan KTI menyampaikan rasa syukurnya karena memiliki wadah untuk mengembangkan diri.
Ia diberdayakan untuk bisa menjahit hingga memiliki penghasilan secara mandiri.
Baca juga: Kabar Duka, Epy Kusnandar ‘Preman Pensiun’ Meninggal Dunia
“Selama ini ikut pelatihan, bidangnya menjahit, tas sampe baju. Alhamdulillah ada terus (penghasilan) semenjak dibina KTI. Jadi pesenan-pesenannya itu dari ibu (founder) nanti kita yang kerjakan, kalau ada bazar juga selalu di pasarkan. Di rumah juga saya menjahit, sambil jual ayam potong,” ungkapnya.
Di hari disabilitas internasional ini, Ujang berharap disabilitas terus mendapatkan hak-hak setara dalam menjalani kehidupan bermasyarakat.
“Harapan saya, lingkungan sekitar bisa menerima saya apa adanya, dan saya sendiri tidak akan menyerah, semangat terus,” harapnya. (*)







