
Melalui kolaborasi dengan para ahli dari Unit Inkubasi, Hilirisasi, dan Komersialisasi (IHK) Universitas Padjadjaran, PHE ONWJ menerapkan teknologi tepat guna untuk riset pengolahan limbah ini.
Cangkang rajungan mentah diproses melalui serangkaian tahapan teknis, dimulai dari pemanasan uap di suhu 100°C, deproteinasi (pemisahan protein), hingga demineralisasi (pemisahan mineral). Dalam proses demineralisasi inilah limbah asam yang dihasilkan dimanfaatkan sebagai bahan baku utama pupuk cair, yang kemudian dikemas menjadi produk siap pakai untuk para petani.
Head of Communication, Relations & CID PHE ONWJ, R. Ery Ridwan saat ditemui di Desa Sukajaya Karawang, menjelaskan bahwa inisiatif ini merupakan wujud nyata penerapan prinsip ESG (Environmental, Social, Governance) perusahaan.
Baca juga: Petani Milenial Karawang Didorong Manfaatkan Akses Permodalan untuk Majukan Pertanian
“Tanggung jawab kami di Subholding Upstream Pertamina tidak berhenti di anjungan lepas pantai. Kehadiran industri hulu migas, harus membawa dampak positif berlapis yang dirasakan langsung oleh masyarakat di darat, terutama di 13 desa pesisir yang menjadi ring satu wilayah operasi kami di Karawang,” katanya beberapa waktu lalu.
Ery menegaskan program ini adalah implementasi ekonomi sirkular yang sejalan dengan visi strategis pemerintah dalam mewujudkan ketahanan pangan.
Inovasi pengolahan limbah ini, tambahnya, memperkuat pilar ekonomi dari program unggulan Jam Pasir yang sebelumnya telah meraih penghargaan dan fokus pada rehabilitasi mangrove serta pelestarian ekosistem. (*)







