Beranda Headline Kisah Mak Edah: Dari Korban PHK, Kini Hidupkan Desa di Karawang Lewat...

Kisah Mak Edah: Dari Korban PHK, Kini Hidupkan Desa di Karawang Lewat PAUD dan Krupuk Miskin

Mak edah di karawang
Di sebuah desa kecil di Karawang, tepatnya di Desa Tanjung, Kecamatan Banyusari, nama Mak Edah begitu dikenal.

KARAWANG – Di sebuah desa kecil di Karawang, tepatnya di Desa Tanjung, Kecamatan Banyusari, nama Mak Edah begitu dikenal. Perempuan berusia 50 tahun itu bukan pejabat, bukan pula orang kaya. Namun dari tangannya, sebuah desa yang dulu tertinggal kini bergeliat dan menatap masa depan dengan harapan baru.

Dari PHK Jadi RT

Semua bermula pada tahun 2012. Saat itu, Mak Edah — yang bernama lengkap Jubaedah — baru saja di-PHK dari pabrik sepatu tempatnya bekerja. Hidupnya berubah drastis.

Namun di tengah keterpurukan, ia justru membuka mata terhadap kondisi desanya yang serba kekurangan. Desa Tanjung saat itu berstatus sebagai desa rawan pangan.

Baca juga: Reses DPRD Karawang, Dedi Indra Soroti soal Sampah hingga Jalan Rusak

“Emak gak mau dusun emak ketinggalan. Waktu itu emak pengen jadi RT, biar bisa bantu warga,” katanya dengan logat khas Karawang.

Dengan niat tulus, ia mencalonkan diri dan terpilih menjadi ketua RT.

Sejak saat itu, hidupnya sepenuhnya ia abdikan untuk warga. Ia aktif di PKK, posyandu, RW, bahkan sering mengantarkan warga yang sakit ke rumah sakit — semua dilakukan tanpa bayaran, hanya berbekal niat ikhlas.

Mendirikan PAUD dari Nol
Mak edah di karawang
Di sebuah desa kecil di Karawang, tepatnya di Desa Tanjung, Kecamatan Banyusari, nama Mak Edah begitu dikenal.

Suatu hari, Mak Edah gelisah melihat anak-anak di desanya tidak memiliki akses pendidikan dini. Ia khawatir, generasi penerus desa akan tumbuh tanpa fondasi belajar yang kuat. Maka, ia pun memberanikan diri mendirikan PAUD Anugrah, sekolah kecil yang ia bangun dari nol.

Padahal, Mak Edah sendiri hanya lulusan kelas 4 SD. Tapi ia tak menyerah. Demi memenuhi syarat sebagai kepala sekolah, ia mengikuti program paket belajar.

“Biar emak bisa buka PAUD sendiri, emak sekolah lagi,” ujarnya tersenyum.

Baca juga: Unsika Art and Culture Competition 2025, Ajang Unjuk Kreativitas Mahasiswa Empat Provinsi

Awalnya, PAUD Anugrah hanya memiliki 22 murid dan satu guru yang dibantu anak kandungnya. Gaji guru berasal dari hasil jualan jamu dan nasi uduk yang dijajakan Mak Edah setiap pagi.

“Kalau hasil jualan kuatnya seratus ribu, segitu yang emak kasih buat guru,” kenangnya.

Kini, PAUD Anugrah memiliki sekitar 90 murid dan menjadi kebanggaan warga. Anak-anak yang dulu bermain tanpa arah, kini punya tempat belajar penuh warna di tengah desa.

Lahirnya Krupuk Miskin Mak Edah
Mak edah di karawang
Di sebuah desa kecil di Karawang, tepatnya di Desa Tanjung, Kecamatan Banyusari, nama Mak Edah begitu dikenal.

Tahun 2017 menjadi titik baru dalam perjuangannya. Saat pemerintah mendorong tiap desa mengembangkan produk unggulan, Mak Edah mencoba berbagai olahan — dari donat, kue bolu, hingga rangginang. Semua gagal. Hingga akhirnya dari dapur sederhananya lahir “Krupuk Miskin Kencur Mak Edah”, camilan gurih yang murah tapi tidak murahan.

“Emak pikir, bikin yang murah tapi gak murahan. Akhirnya jadi krupuk miskin ini,” katanya sambil tertawa.

Produksi krupuk ini dikerjakan bersama para lansia di sekitar rumahnya. Mereka datang pagi hari untuk menyangrai dan mengaduk adonan, lalu pulang siang dengan membawa upah hasil kerja bersama. Dalam sehari, Mak Edah bisa memproduksi 20 kilogram krupuk atau sekitar 200 bungkus, dengan keuntungan sekitar Rp10.000 per bungkus.

Baca juga: Penyelamat Nyawa di Pesisir Karawang: Kisah Yati Perangi TBC di Cibuaya

Kini, krupuknya telah menembus pasar Cikampek, Jatisari, Subang, hingga warung-warung kecil di Karawang.

Dapat Dukungan dari Pertagas

Perjuangan Mak Edah menarik perhatian banyak pihak. Ia direkomendasikan menerima program CSR Pertagas. Dari situ, ia mendapat pelatihan, bantuan gedung sekolah, alat-alat produksi UMKM, jaringan Wi-Fi, listrik tenaga surya (PLTS), hingga bantuan budidaya jangkrik.

“Kalau emak beli sendiri, mungkin keluar uang puluhan juta,” katanya. (*)