Beranda Headline Bukan Rp 5 M, Proyek Kelas Kontainer Unsika Rupanya Senilai Rp 6,4...

Bukan Rp 5 M, Proyek Kelas Kontainer Unsika Rupanya Senilai Rp 6,4 M

Kelas kontainer unsika Rp 6,4 m
Unsika saat melakukan jumpa pers terkait pengadaan kelas berbasis kontainer senilai Rp 6,4 m.

KARAWANG – Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Unsika, Indra Budiman menjelaskan, biaya pembangunan kelas kontainer mencapai total Rp 6,4 miliar. Keterangan itu berbeda dengan penjelasan Humas Unsika, Anna Rosmarina yang menyatakan proyek kelas kontainer seharga Rp 5 miliar.

Indra merinci pagu anggaran Rp 6,4 miliar itu senilai Rp 159 juta per kelas yang terdiri dari dua kontainer yang digabung.

“Total anggaran keseluruhan sekitar Rp 6,4 miliar rupiah yang pos anggarannya berasal dari Badan Layanan Umum (BLU) murni Unsika,” sebutnya, Selasa (17/12).

Baca juga: Angka HIV di Karawang Mencapai 824 Kasus, Tertinggi dalam 24 Tahun Terakhir

Dia menyebutkan total ada 80 kontainer yang disiapkan untuk kebutuhan 40 ruang kelas berikut ruang dosen, ruang rapat, toilet, kantin dan gudang.

Kabin kontainer itu akan dilengkapi interior, pintu, jendela, pengecetan dan kelistrikan. Fasilitas tersebut juga nantinya akan menjadi aset Barang Milik Negara (BMN) Unsika.

“Harga per 1 kelas Rp 159 juta, di dalamnya terdapat dua unit AC 1 PK, 30 kursi kuliah, 1 proyektor, satu kursi dosen dan satu meja dosen,” kata dia.

Baca juga: Siap-siap, Mahasiswa Unsika Bakal Belajar dalam Kontainer Rp 5 M Gegara Ruang Kelas Kurang

Diklaim jadi langkah inovatif
Ruang kelas kontainer di unsika
Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika) memanfaatkan kontainer atau peti kemas sebagai ruang kelas belajar mahasiswa. Pilihan itu diambil karena pihak kampus kekurangan ruang kelas.

Kepala Biro Umum dan Keuangan Unsika, Kurniawan mengeklaim kelas berbasis kontainer menjadi langkah inovatif.

Terlebih pihaknya menilai, konsep kelas kontainer sudah banyak diterapkan di berbagai institusi pendidikan di dunia, termasuk di Indonesia sebagai solusi atas keterbatasan infrastruktur.

“Kami memahami bahwa kebutuhan ruang kelas yang memadai adalah prioritas utama. Keberadaan kelas kontainer ini diharapkan bisa memberikan layanan pendidikan yang cepat, tepat, dan berkualitas untuk seluruh mahasiswa,” ujarnya.

Baca juga: Fadli Zon Lantik Dea Eka Rizaldi Jadi Ketua Bidang Pemuda Tani HKTI Jabar

Dikritik alumni kampus
Ketua Ikatan Alumni Unsika, Nace Permana menyesalkan adanya pengadaan kontainer untuk ruang kelas tersebut. Dia menilai kekurangan ruang kelas tak semestinya diakali dengan pembelian kontainer.

“Ini perlu ditanyakan kepada pihak rektorat tujuan memakai kontainer ini apa, demi penghematan atau memang ada tujuan lain. Kalau dalihnya karena tidak ketersediaan kelas saya pikir bisa cari solusi lain tidak harus memakai kontainer,” ungkap Nace.

“Apa memang mau bikin gebrakan tersendiri supaya viral atau apalah yang jelas ini perlu dipertanyakan alasan memakai kontainer ini apa,” tegas dia.

Nace mengaku keheranan anggaran sebesar Rp 5 miliar harus dihabiskan hanya sekadar membeli kontainer. Padahal persoalan kekurangan ruang kelas sudah semestinya diantisipasi sejak awal penerimaan mahasiswa baru.

“Kan kalau misal ruangnya sempit tidak tercukupi ruang kelas kenapa tidak diperhitungkan dari awal, kan penerimaan mahasiswa baru itu ada periodiknya, tidak tengah tahun dan tidak asal asalan menerima. Artinya ketika kita nerima seribu orang kita sudah mengukur ketersediaan kelas itu untuk seribu orang,” tandas Nace.

Hanya bersifat sementara
Ruang kelas kontainer di unsika
Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika) memanfaatkan kontainer atau peti kemas sebagai ruang kelas belajar mahasiswa. Pilihan itu diambil karena pihak kampus kekurangan ruang kelas.

Rektor Unsika, Ade Maman Suherman menegaskan bahwa penggunaan kelas berbasis kontainer di kampus 2 Unsika hanya bersifat sementara.

Menurutnya, kampus 1 Unsika dengan luas hanya 3.9 hektar tidak lagi mampu menampung pelayanan akademik bagi 19.000 mahasiswa yang terdaftar.

Baca juga: Konsumsi Kegiatan Manasik Haji di UBP Karawang Diduga Tidak Layak, Ada Lalat dan Belatung dalam Makanan

Kondisi itu semakin diperparah dengan mangkraknya pembangunan gedung Fakultas Ilmu Komputer (Fasilkom) akibat terjerat kasus hukum, sehingga hingga kini Fasilkom masih menginduk di Gedung Perpustakaan Universitas.

Maka itu pihaknya tetap mengoptimalkan pemanfaatan kampus 2 berdasarkan masterplan yang telah dirancang, dengan fokus pembangunan gedung permanen

“Kami menegaskan bahwa pengadaan kelas kabin tidak

akan dilakukan lagi di masa mendatang. Fokus kami adalah memastikan fasilitas pendidikan yang permanen dan berkelanjutan,” tegasnya. (*)