Beranda Headline Unsika Klaim Pengadaan Kelas Kontainer Senilai Rp 6,4 M Jadi Langkah Inovatif

Unsika Klaim Pengadaan Kelas Kontainer Senilai Rp 6,4 M Jadi Langkah Inovatif

Ruang kelas kontainer di unsika
Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika) memanfaatkan kontainer atau peti kemas sebagai ruang kelas belajar mahasiswa. Pilihan itu diambil karena pihak kampus kekurangan ruang kelas.

KARAWANG – Kepala Biro Umum dan Keuangan Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika), Kurniawan mengeklaim pengadaan kelas berbasis kontainer menjadi langkah inovatif pihak kampus dalam menyediakan ruang kelas memadai.

Terlebih pihaknya menilai, konsep kelas kontainer sudah banyak diterapkan di berbagai institusi pendidikan di dunia, termasuk di Indonesia sebagai solusi atas keterbatasan infrastruktur.

“Kami memahami bahwa kebutuhan ruang kelas yang memadai adalah prioritas utama. Keberadaan kelas kontainer ini diharapkan bisa memberikan layanan pendidikan yang cepat, tepat, dan berkualitas untuk seluruh mahasiswa,” ujarnya, Selasa (17/12).

Baca juga: Bukan Rp 5 M, Proyek Kelas Kontainer Unsika Rupanya Senilai Rp 6,4 M

Akibat jumlah kelas tak ideal

Ia menjelaskan, ruang kelas yang dibutuhkan kampus Unsika idealnya sebanyak 162 kelas. Sebab jumlah total mahasiswa yang ada saat ini sudah mencapai 20 ribu sekian orang.

Namun ruang kelas yang tersedia saat ini, baru ada sebanyak 84 ruang kelas. Sehingga masih dibutuhkan 66 ruang kelas tambahan.

“Dari 20 ribu total mahasiswa, ada 18 ribu yang aktif, jadi idealnya ada 162 ruang kelas. Kami sebagai penguasa anggaran berpikir, bagaimana memenuhi kebutuhan tersebut. Dengan kebutuhan yang banyak, layanan dan kegiatan belajar mengajar tidak mungkin kita hentikan, sehingga kita membangun kelas kabin,” ungkapnya kepada awak media di Gedung Opon Sopandji.

Wakil Rektor 2 Unsika, Safuri menambahkan, kelas kabin ini dibutuhkan mendesak sebab jumlah mahasiswa terus bertambah. Sebab, kata dia, proses pengadaan kelas kabin memiliki perbedaan signifikan dengan pengadaan konstruksi bangunan, terutama dari segi waktu.

“Kenapa kelas kabin? Karena gedung itu prosesnya lama banget, ada analisis, lelang dulu. Sementara kita mendesak,” tambahnya.