
KARAWANG – Di tengah debur ombak dan angin kencang pesisir utara Karawang, berdiri sebuah masjid yang masih kokoh meski saban hari digerus abrasi.
Masjid itu bernama Nurul Jannah, terletak di Kampung Pisangan, Desa Cemarajaya 3, Kecamatan Cibuaya, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
Dari kejauhan, bangunan masjid tampak gagah sekaligus misterius. Suara ombak yang menghantam dindingnya terdengar keras, bahkan sesekali cipratan air laut masuk ke dalam ruang utama.
Baca juga: Jalan di Pesisir Karawang Terputus Gegara Abrasi, 6 Bulan Warga Terisolasi
Namun, bangunan itu tetap bertahan, seolah memiliki kekuatan tersendiri yang menjaga keberadaannya.
Kilas Sejarah: Dari Tempat Rehabilitasi Pecandu Narkoba

Satu-satunya pengelola masjid, Abdul Choliq, menuturkan bahwa Nurul Jannah mulai dibangun pada tahun 2002 oleh H. Adang, seorang pemilik yayasan asal Garut.
Pendirian masjid ini awalnya bukan semata sebagai tempat ibadah, melainkan juga untuk rehabilitasi pecandu narkoba.
“Masjid ini dibangun sebagai cabang dari pusat terapi narkoba di Cikarang. Jadi mereka tinggal, pesantren, dan menjalani terapi di sini,” ujar Abdul Choliq kepada tvberita.co.id, Kamis (16/10/2025).
Hingga tahun 2008, Nurul Jannah masih ramai dikunjungi. Para pecandu datang dari berbagai daerah—mulai dari Palembang, Papua, hingga Nusa Tenggara Timur—untuk memulihkan diri melalui kegiatan spiritual.
“Setiap hari mereka beribadah. Isya dilaksanakan tengah malam, lalu dzikir bersama untuk introspeksi diri,” kenangnya.
Sekitar 30 orang pernah menjalani terapi di tempat ini. Kini, sepeninggal H. Adang, kegiatan rehabilitasi sudah berhenti. Ruang-ruang yang dahulu dipakai santri kini dimanfaatkan anak-anak setempat untuk mengaji setiap sore.
Baca juga: Kasus Perut Jenazah Berisi Kasa Usai Operasi di RS Karawang, DPR RI Minta Pemkab Investigasi
Masjid pun masih digunakan sebagai tempat ibadah warga sekitar, meski pengunjungnya tak seramai dulu.
Tradisi Unik: Terapi Talasoh di Tengah Laut

Salah satu metode pemulihan unik di Nurul Jannah adalah Talasoh, yaitu tradisi berendam atau mengapung di laut.
“Mereka kadang menangis saat terapi di tengah laut, sebagai bentuk berserah diri kepada Sang Pencipta,” tutur Abdul.
Kini, meski tradisi itu tinggal cerita, masih ada saja peziarah yang datang untuk berdoa, berdzikir, atau sekadar mencari pengalaman spiritual di tempat ini.
Dua Sumur Patilasan Mbah Kuwu Sangkan
Di sekitar masjid terdapat dua sumur yang dianggap sakral. Menurut warga, lokasi tersebut merupakan patilasan Mbah Kuwu Sangkan atau Pangeran Cakrabuana, pendiri Cirebon yang merupakan putra Prabu Siliwangi dan Nyai Subang Larang.
Baca juga: Hadirkan Rail Clinic di Stasiun Klari, KAI Beri Layanan Kesehatan Gratis buat Warga Karawang
“Satu sumur sekarang sudah berada di tengah laut karena abrasi, satunya lagi masih di samping masjid. Banyak orang datang untuk mandi atau mengambil airnya,” jelas Abdul.
Warga setempat, Kartono, menambahkan bahwa sumur itu sudah ada sejak ia kecil. “Waktu kemarau panjang, orang-orang sering ambil air dari sumur itu,” ujarnya.
Arsitektur Unik: Masjid Segi Enam dengan Tujuh Kubah

Masjid Nurul Jannah memiliki bentuk bangunan yang tak lazim. Jika kebanyakan masjid berbentuk persegi, masjid ini justru berbentuk segi enam. Di dalamnya terdapat 16 kamar bekas asrama santri, dan di atapnya berdiri tujuh kubah yang melambangkan tujuh bintang.
“Filosofinya berkaitan dengan pengobatan dan makna spiritual. Tujuh kubah itu melambangkan tujuh bintang,” jelas Abdul.
Baca juga: DPRD Karawang Ingatkan Kepsek Jangan Sepelekan Assesment: Tak Lolos Turun Jabatan
Oleh warga, Nurul Jannah kini disebut-sebut menjadi simbol keteguhan dan keajaiban. Meski abrasi telah menelan sebagian wilayah pesisir Cemarajaya, masjid ini tetap berdiri kokoh di garis terdepan.
“Pernah tahun 2020, air laut masuk sampai ke dalam. Teras depan sudah hilang, sekarang ditahan batu-batu. Tapi masjid ini tetap berdiri, seolah punya nyawa sendiri,” ucap Abdul dengan mata berbinar.
“Kalau dibilang keajaiban, saya tidak tahu. Tapi yang jelas, masjid ini adalah tempat beribadah. Di sinilah kita menempatkan diri di hadapan Allah,” pungkasnya. (*)







