
KARAWANG – Sejumlah petani di Desa Pamekaran, Kecamatan Banyusari, Karawang mengeluhkan ratusan hektare lahan sawah kekeringan. Itu terjadi lantaran air untuk mengolah lahan belum tersedia.
Padahal desa tersebut dilintasi saluran irigasi tekhnis yang mengalirkan air dari Bendung Barugbug Jatisari. Namun karena letaknya berada di ujung saluran, areal sawah di Desa Pamekaran selalu mendapat giliran paling akhir pembangian air.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Karawang, Rohman mencatat, kekeringan sawah di wilayah tersebut mencapai sekitar 200 hektare.
Baca juga: Kisah Mahasiswi di Karawang Rintis Bisnis Hijab saat Pandemi, Kini Jadi Miliarder
“Sebenarnya, petani bisa mengambil air dari saluran irigasi terdekat. Namun aturan tidak membolehkan hal itu. Harus ada izin dulu dari PJT II, Jatiluhur,” ujar dia, Selasa (22/10).
Susahnya mendapat air dari irigasi teknis, lanjut Rohman, diperparah oleh musim kemarau yang berlangsung lebih panjang pada tahun ini.
Akibatnya, banyak areal sawah terbengkalai sesudah dipanen beberapa bulan sebelumnya.
Baca juga: Ribuan Massa di Telagasari Karawang Tumpah Ruah Sambut Aep Syaepuloh, Yel-yel Dukungan Menggema
Biasanya, lanjut Rohman, seusai panen musim kemarau, petani bisa langsung mengolah lahan dan bercocok tanam kembali dengan mengandalkan air hujan. Tetapi tahun ini, kebiasaan tersebut tak dapat dilakukan.
Kemarau yang biasanya berakhir di bulan Agustus, ternyata hingga Oktober 2024 intensitas hujan sangat rendah. Kondisi itu berpengaruh terhadap volume Bendungan Barugbug yang ujung-ujungnya mengurangi debit air irigasi yang mengalir ke Desa Pamekaran.







