Beranda Bekasi Sirkumsisi, Teknik Sunat Teranyar Bagi Anak Laki-laki

Sirkumsisi, Teknik Sunat Teranyar Bagi Anak Laki-laki

KOTA BEKASI – Sunat, khitan atau sirkumsisi merupakan tindakan memotong atau menghilangkan kulit penutup depan dari organ penis. Tak hanya pada orang dewasa dan anak-anak, sunat atau sirkumsisi juga bisa dilakukan terhadap bayi.

Organisasi Kesehatan Dunia World Health Organization (WHO) merekomendasikan sunat dilakukan pada anak laki laki demi menjaga kesehatan. Kulit kulup yang tidak dibuang dapat beresiko menyebabkan penyakit kelamin dan saluran kencing. Untuk mencegah terjadinya hal ini, tindakan sunat sebagai solusinya.

Melalui edukasi kesehatan pada aplikasi Live Instagram, dokter spesialis Bedah Umum dari Siloam Hospitals Sepanjang Jaya Bekasi dokter Taufik Azis menjelaskan, Neonatus atau bayi boleh disunat, tapi umumnya di sunat pada usia sekolah dasar antara umur 6-12 tahun. Di beberapa negara seperti misalnya di Mesir dan Indonesia bisa dilakukan tindakan sirkumsisi pada bayi dan bahkan sampai pada tingkat orang dewasa pun.Tindakan sirkumsisi dapat dilakukan di mana saja, misalnya acara bakti sosial, klinik dan di rumah sakit.

“Namun yang terpenting adalah prinsip aseptik antiseptik, sterilisasi alat, sterilisasi tindakan, sarana dan prasarana yang baik. Hal ini mencegah terjadinya infeksi pasca tindakan dan resiko perdarahan,” tutur dokter Taufik Aziz.

Pentingnya disunat, secara garis besar indikasi sunat sirkumsisi terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu indikasi sosial, medis, dan keagamaan. Dalam sisi medis, sirkumsisi adalah tindakan membuang kulit bagian depan pada penis( preputium) WHO menyebutkan bahwa sirkumsisi dapat mengurangi resiko penyakit menular seksual, karena kebersihan akan terjaga.

“Jika tidak dilakukan sirkumsisi dapat terjadi smegma, yaitu penumpukan kotoran yang terselip di antara kulit dan glands penis. Dan ini potensial terjadinya infeksi, sunat dapat juga mencegah kejadian kanker penis.”

“Kemudian untuk indikasi sosial banyak sekali di beberapa belahan dunia seperti suku aborigin dan juga mesir kuno dilakukan tindakan sirkumsisi walaupun peradaban nya sudah lama dan tehniknya pun mungkin berbeda dengan sekarang,” jelasnya.

Untuk indikasi Agama ada yang mewajibkan sunat ini misalnya di islam, tetapi sekarang pun non Islam sudah banyak melakukan sunat ini, karena indikasi kesehatan. Pada keadaan FIMOSIS, yaitu lubang kulup pada saluran kencing yang menyempit sehingga anak kesulitan pada saat melakukan buang air kecil.

“Hal ini akan menyebabkan infeksi pada saluran kemih bahkan akan menyebabkan kondisi anak menjadi demam yang berulang. Untuk itu harus dilakukan sirkumsisi sedini mungkin,” ungkap dr Taufik Aziz.

Teknik dalam sirkumsisi ini memang direkomendasikan secara konvensional, yaitu dengan cara membuang kulit preputium atau kulit di ujung penis dengan cara menggunting atau membuang kulit kulup dan akan diukur panjang atau pendeknya, karena tidak boleh terlalu panjang ataupun terlalu pendek. Kemudian akan digunting secara melingkar baik ke kanan maupun ke kiri.

“Prinsipnya adalah membuang kulit preputium atau di ujung kulit pada penis. Keunggulan dari teknik ini dapat mencegah terjadinya trauma yang tidak diinginkan misalnya trauma pada glands (kepala penis), karena pada keadaan fimosis akan terjadi perlengketan antara kulit preposium dengan glens dan perlengketan ini harus dilepaskan secara baik,” paparnya.

Dalam melakukan tindakan sirkumsisi akan dilakukan teknik dengan metode pembiusan, dengan cara bius lokal atau bius umum. Bius lokal yaitu dengan memberikan blok anastesi lokal di pangkal penis agar terjadi baal di kulit preputium sehingga tidak terjadi nyeri.

Kemudian teknik dengan cara bius total narkose umum. tindakan ini biasanya lebih nyaman bagi anak-anak, tidak merasa trauma ketakutan. Tindakan ini juga lebih direkomendasikan pada anak yang tidak kooperatif atau ketakutan. Pasca operasi akan dilakukan pemberian obat analgetik yang dapat menghilangkan rasa nyeri, dan pemberian antibiotik untuk mencegah infeksi.

Selain diwajibkan dari sisi syariat agama Islam, walaupun saat ini sudah banyak dilakukan semua agama karena indikasi kesehatan.ternyata dari sisi medis banyak manfaat yang bisa didapatkan oleh orang yang menjalani proses sunat, yaitu:

Sunat mengurangi risiko infeksi penyakit seksual menular seperti human papilloma virus (HPV) dan penyakit seksual menular seperti herpes atau sifilis dan lain-lain.

Mencegah terjadinya penyakit pada penis seperti nyeri dan perlengketan dan menyempit kulup penis yang disebut fimosis. Ini adalah kondisi saat kulup penis yang tidak disunat sulit untuk ditarik. Kondisi ini bisa menyebabkan radang pada kepala penis yang disebut balanitis. Mengurangi risiko infeksi saluran kemih. Infeksi ini umumnya lebih sering terjadi pada orang yang tidak menjalani sunat.

“Dampak pada kesehatan, sunat mengurangi risiko kanker penis, kanker serviks pada pasangan. Risiko kanker serviks menurun pada wanita yang pasangannya telah menjalani prosedur sirkumsisi,” ucapnya.

Membuat kesehatan penis lebih terjaga. Penis yang disunat lebih mudah dibersihkan, sehingga kesehatannya lebih terjamin dibandingkan yang tidak disunat sehingga bisa mencegah terjadinya peradangan, mengingat ujung penis merupakan tepat tumbuhnya bakteri dan jamur.

Pada sesi akhir edukasinya, dr. Taufikb menjelaskan beberapa hal yang harus dan dianjurkan untuk diperhatikan oleh orang yang baru disunat agar luka menjadi cepat sembuh, yaitu: jaga kebersihan dan jangan basah. Luka sunat memerlukan waktu sekitar 7-14 hari untuk sembuh.

“Pemulihan setelah sirkumsisi akan lebih nyaman jika pasien tidak mengenakan celana dalam dan menggunakan celana yang longgar atau menggunakan celana dalam khusus sunat. untuk mencegah penis menempel di celana. Selain kenyamanan dan keamanan, melakukan kontrol ke dokter tetap dilakukan guna memastikan kebersihan dan evaluasi luka,” pungkas Taufik Aziz. (ais/kii)