TVBERITA.CO.ID – Fenomena hantu seringkali menarik perhatian, terutama karena cerita mistis yang terus menyebar. Namun, apakah hantu benar-benar nyata, ataukah hanya produk dari imajinasi dan sugesti? Ilmu pengetahuan mencoba menjawab pertanyaan ini dengan penjelasan yang lebih rasional.
Salah satu alasan utama orang percaya pada keberadaan hantu adalah fenomena yang disebut pareidolia, yaitu kecenderungan manusia melihat pola, termasuk wajah, pada benda-benda acak. Ini bisa membuat seseorang mengira melihat hantu di tempat-tempat yang sebenarnya kosong.
Baca juga: Menjadi Mahasiswa Holistik dalam Arus Digital
Selain itu, ada juga fenomena sleep paralysis atau kelumpuhan tidur. Ketika ini terjadi, seseorang terbangun tetapi tidak dapat bergerak, sering kali diiringi oleh sensasi “kehadiran” makhluk lain atau melihat bayangan. Kondisi ini bisa menciptakan pengalaman menyeramkan, yang dianggap sebagai bukti keberadaan hantu oleh banyak orang.
Sains juga meneliti pengaruh lingkungan terhadap pengalaman mistis. Misalnya, paparan medan elektromagnetik (EMF) tertentu dapat memicu rasa takut, kecemasan, dan bahkan halusinasi. Gelombang elektromagnetik ini banyak ditemukan di area-area tua atau bangunan dengan sistem listrik yang sudah usang. Hal ini sering dikaitkan dengan pengalaman melihat atau merasakan “hantu”.
Studi lain mengaitkan perasaan takut akan hantu dengan psikologi dan kepercayaan budaya. Lingkungan sosial dan budaya yang meyakini keberadaan hantu membuat individu lebih cenderung melaporkan pengalaman mistis. Mereka sering kali mencari penjelasan supernatural pada hal-hal yang tidak mereka mengerti.
Baca juga: Gaet Investor Asing, Ditjen Imigrasi Kenalkan Program Golden Visa di Karawang
Meskipun hingga kini belum ada bukti ilmiah kuat yang membuktikan keberadaan hantu, fenomena ini tetap hidup di tengah masyarakat sebagai bagian dari tradisi dan kepercayaan. Jadi, menurut sains, pengalaman hantu lebih mungkin dihasilkan oleh reaksi biologis, kondisi psikologis, dan faktor lingkungan daripada makhluk gaib yang nyata. (*)