Beranda Headline Filosofi, Sejarah dan Makna Pohon Cemara Sebagai Simbol Perayaan Natal

Filosofi, Sejarah dan Makna Pohon Cemara Sebagai Simbol Perayaan Natal

Filosofi pohon cemara natal
Pohon cemara identik jadi lambang perayaan natal. (Foto: ist)

TVBERITA.CO.ID – Pohon cemara identik dijadikan simbol pada saat perayaan Natal. Umat kristiani biasanya menghiasi pohon cemara dengan berbagai pernak-pernik dekorasi.

Beberapa hari menjelang Natal, pohon-pohon cemara sudah terlihat dimana-mana. Seolah menjadi bagian penting yang tidak boleh terlewatkan.

Tahukah kalian, mengenai filosofi pohon cemara yang digunakan untuk perayaan Natal? Simak penjelasan berikut:

Filosofi Pohon Natal

Setiap perayaan Natal, dari dulu hingga sekarang orang-orang banyak menggunakan pohon pinus atau cemara. Ternyata di banyak negara, pohon cemara dipercaya dapat mengusir hal-hal negatif seperti roh jahat, penyihir, hantu, hingga penyakit.

Baca juga: Pesan Pilu Natal dari Betlehem Palestina: Tak Ada Perayaaan di Tengah Pertumpahan Darah

Dahulu, pohon cemara dilambangkan sebagai kehidupan abadi oleh orang-orang Mesir kuno, China dan Ibrani.

Selain umat kristiani, bangsa Romawi awal juga kerap memperingati titik balik matahari atau perayaan saturnalia (penghormatan pada Saturnus) yang dianggap sebagai dewa pertanian.

Titik balik matahari menandakan pertanian dan kebun-kebun akan segera menghijau, sehingga dalam perayaannya mereka menghiasi rumah dan kuil dengan dahan yang hijau (salah satunya pohon cemara).

Asal-usul Pohon Natal Modern

Melansir dari Britannica, Jerman dianggap sebagai negara yang memulai tradisi pohon natal. Bermula pada abad ke 16, orang-orang Jerman membawa pohon ke rumah masing-masing dan menghiasinya dengan tanaman hijau.

Baca juga: Wisata Villa Khayangan Bogor: Ragam Wahana dalam Satu Destinasi, Harga Tiket dan Daftar Permainan

Selain itu, ada juga pohon natal piramid. Seperti namanya, bentuk pohon ini segitiga seperti Piramida. Biasanya terdapat rak untuk menyimpan patung-patung natal, hiasannya berupa tanaman hijau, lilin (lambang terangnya Kristus), dan pernak-pernik bintang.

Pada abad ke 16, pohon cemara telah menyatu (satu bagian) menjadi pohon Natal. Diketahui, orang-orang Jerman bagian Barat yang memulai tradisi ini.

Dulu mereka menghiasi pohon dengan apel, roti jahe, kacang hingga wafer yang melambangkan hosti ekaristi, tanda penebusan umat Kristiani.

Baca juga: Awas Terjebak Macet, Puncak Arus Libur Nataru Diprediksi Masih Terjadi, Catat Tanggalnya

Kemudian, di abad ke 17 hiasan pohon natal semakin beragam. Menyebar dan menjadi populer dikalangan bangsawan, bahkan menyebar ke Istana Kerajaan seluruh Eropa di awal abad 19.

Pada akhirnya, tradisi pohon natal ini menyebar hingga ke seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia. (*)