Beranda Headline Sepenggal Kisah Tukang Cilok di Karawang Dirikan Pesantren, Kini Punya 80 Santri

Sepenggal Kisah Tukang Cilok di Karawang Dirikan Pesantren, Kini Punya 80 Santri

Tukang cilok dirikan pesantren di karawang
Pondok Pesantren Roudhlotul Burhon Karawang asuhan Kang Amo, seorang tukang cilok, kini memiliki 80 santri.

KARAWANG – Tukang cilok asal Kabupaten Karawang berhasil dirikan sebuah pesantren tradisional tahfidz seluas 9.000 meter.

Kang Amo Zakaria (39) berhasil mendirikan sebuah pondok pesantren Roudhlotul Burhan yang berlokasi di Kampung Mekarsari, Desa Pasirjengkol, Kecamatan Majalaya, Kabupaten Karawang.

Kepada tvberita.co.id, Kang Amo menceritakan, dirinya merupakan pendatang dari Lampung. Sekitar tahun 2000 ia menempuh pendidikan pesantren di Tasikmalaya sebelum akhirnya berpindah ke Karawang.

Baca juga: Hari Perempuan Internasional: Kisah Inspiratif Hera, Polwan Cantik di Karawang yang Gigih Perjuangkan Kesetaraan

“Ke Karawang 2009 karena tuntutan ekonomi. Di Karawang jualan bakso, jadi kuli bangunan, ngedorong ngerobak cilok sampe diangkat jadi marbot di Karawang Timur sekitar tahun 2011,” ungkapnya pada Jumat, 8 Maret 2024.

Tukang cilok dirikan pesantren di karawang
Suasana pengajian para santri di Ponpes Roudhlotul Burhan Karawang.

Setelah itu, dirinya mendapat kesempatan dan ditawari orang lain untuk mengajar. Akhirnya hingga saat ini Kang Amo aktif di dunia pendidikan.

“Jadi kiayi sebetulnya bukan cita-cita, kebeneran saja (ada rezeki),” katanya.

Baca juga: Diduga Korupsi PJU, 2 Pejabat Dishub Karawang Ditahan Jaksa

Ia menuturkan, pada 2018 dirinya mendapatkan sebuah tanah wakaf dari keluarga muwakif. kang Amo diamanahi untuk mengolah tanah tersebut menjadi pondok pesantren.

“Beliau mewakafkan sebidang tanah dipinggir makam, yang mana pada saat itu masih belukar, kebun bambu dan pohon pernis,” tuturnya.

Bahkan, kata dia, mulanya hanya ada 1 santri dari Subang. Ia membangun sebuah saung (pondok) dari bekas kandang sapi ukuran 2×3 meter.

Foto: dok. Istimewa

Karena lokasinya yang terisolir dari pemukiman, tak jarang Kang Amo mendapatkan ejekan dari orang lain. Meskipun begitu, ia ditemani istri dan anak-anaknya terus berjuang menjalankan amanah.

“Diejek orang gabakal bertahan lama karena lokasinya dekat kuburan, malah pas bikin pondasi pertama, kita disangka mau gali kuburan,” katanya.

Baca juga: Ngeri, 12.896 Warga Karawang Terjangkit TBC Selama Tahun 2023

Berkat perjuangan dan tekadnya mengemban amanah, saat ini Kang Amo telah berhasil mendirikan sebuah pondok pesantren disertai lembaga pendidikan formal dari mulai TKIT, SDIT dan SMPIT.

“Santrinya sekarang yang mukim sudah ada 80an, alhamdulilah selain santri asal Karawang ada yang dari Medan, Palembang, Lampung, Sukabumi, Bandung,” terangnya.

“Saya taslim ke guru-guru, selama beliau masih ada, santri masih ada pesantren akan terus berjalan dan berkembang walaupun bertahan,” pungkasnya. (*)