Beranda Headline Kerang Hijau di Perairan Karawang, Dampak Minyak Hingga Laporan ke KKP dan...

Kerang Hijau di Perairan Karawang, Dampak Minyak Hingga Laporan ke KKP dan KLHK

KARAWANG, TVBERITA.CO.ID- Viral karena dianggap sebagai fenomena alam yang jarang terjadi, kemunculan jutaan kerang hijau (Perna viridis L) di bangunan pemecah ombak Muara Sungai Cisoga, Desa Sungaibuntu, Kecamatan Pedes, Karawang, pada Jumat 6 Desember kemarin, menjadi sorotan Koalisi Masyarakat Sipil Karawang (KMSK).

 

Humas KMSK, Erik Ramdani melalui sambungan teleponnya, mengatakan, kejadian munculnya kerang hijau di Perairan Karawang yang masif menjadi pertanda kurang baik.

“Kejadian ini sudah kami laporkan kepada Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kebersihan (KLHK), dan pihak Pertamina Hulu Energi (PHE),” kata Erik, Sabtu (7/12/2019).

Ketika ditanya terkait laporan ke pihak PHE dengan hubungan kemunculan kerang hijau itu apa, Erik menjelaskan kekhawatirannya bahwa ini dampak dari tumpahan minyak beberapa waktu lalu.

“Kerang hijau di Muara Sungaibuntu bukan pertama yang kami ketahui, sebelumnya juga ada di Pantai Sarakan,” ungkap Erik.

Kerang hijau merupakan moluska yang makan dengan cara menyaring makanan yang terlarut dalam perairan. Menurut Erik, maka dari itu kerang hijau suka digunakan juga untuk menstabilkan kualitas air.

“Selain di Sungaibuntu dan Sarakan, kami juga mendapat informasi bahwa banyak kerang hijau tumbuh dilambung kapal di Pakisjaya,” ungkapnya.

Lebih lanjut Erik menjelaskan, semakin banyak pencemar seperti tumpahan minyak, maka kerang hijau semakin invasif dan ini yang menjadi kekhawatiran KMSK.

“Kerang hijau memang memiliki habitat di Perairan Karawang, tapi kejadian ini harus disikapi serius oleh KKP, KLHK dan PHE” tegas Erik.

Perhatian serius itu, lanjutnya, seperti melakukan uji sampel terhadap kerang hijau tersebut apakah aman dikonsumsi atau tidak. Erik menyatakan kerang hijau dapat mengakumulasi hidrokarbon aromatik yang merupakan salah satu senyawa yang ada pada minyak mentah.

“Kemungkinan dari bahaya mengkonsumsi kerang hijau dari perairan yang tercemar tumpahan minyak adalah kanker,” tegasnya.

Erik Ramdani dan KMSK berharap laporan yang disampaikan kepada KKP, KLHK dan PHE tidak dipandang sebelah mata. Apalagi adanya kemungkinan senyawa logam berat yang terkandung dalam tumpahan minyak PHE (Pertamina Hulu Energi).

“Selama ini kan PHE tidak pernah mau membuka informasi kepublik terkait kejadian oil spill YYA-1, lalu kita mau percaya kalau mereka bilang aman?! tentu saja tidak,” pungkasnya.

Sebelumnya salah seorang warga Desa Sungaibuntu, Kecamatan Pedes, Kabupaten Karawang, Wanusuki yang mengatakan kejadian tersebut merupakan siklus alam.

“Kalau sedang musim banyak terdapat kerang hijau disini, bukan hanya terdapat di bebatuan karang, bahkan di pancang-pancang bambu, dan kapal-kapal nelayan,” kata Wanasuki, Jumat (6/12/2019) malam, melalui sambungan telepon.

Menurutnya, ribuan bahkan jutaan kerang hijau tersebut terlihat jelas disaat kondisi laut surut yang tinggi, dan bukan kali ini saja.

“Memang musimnya, dan biasanya terlihat saat akhir musim angin timur, menjelang musim angin barat laut teduh. Banyak di dapati menempel di batu-batu karang, bambu, dan kapal nelayan,” jelasnya.(kb)