Beranda Headline Membaca Tantangan Regenerasi Petani di Tengah Target Swasembada Pangan

Membaca Tantangan Regenerasi Petani di Tengah Target Swasembada Pangan

Regenerasi petani
Young Ambassador Agriculture 2024 asal Karawang, Rifki Habibi menyoroti tentang regenerasi petani menjadi salah satu PR bersama.

KARAWANG – Regenerasi petani menjadi salah satu tantangan serius yang dihadapi Indonesia. Hal ini tentu menjadi PR bagi Karawang, salah satu daerah lumbung padi di Indonesia.

Young Ambassador Agriculture 2024 asal Karawang, Rifki Habibi menyoroti, regenerasi petani memang menjadi salah satu PR bersama. Karena minim sekali pemuda Indonesia yang minat terhadap bidang agrikultur (pertanian).

Rifki menyebutkan, pentingnya upgrading (pembaharuan) mulai dari tata niaga, penguatan kelembagaan petani, peningkatan kompetensi hingga adopsi penerapan mekanisme pertanian.

Baca juga: Bupati Karawang Desak Uang Kadedeuh Ratusan Pensiunan PNS Segera Dibayarkan

“Teknologi pertanian untuk menarik minat generasi muda ke sektor pertanian juga diperlukan,” ujarnya saat diwawancarai pada Jumat, 29 November 2024.

Menurutnya, komitmen pemerintah untuk swasembada pangan di bawah kepemimpinan Prabowo Subianto perlu ditekankan melalui program strategis seperti mencetak 3 juta hektare lahan sawah di luar pulau Jawa.

Sebab, langkah ini juga didukung oleh program brilian brigade pangan milik Kementerian Pertanian Republik Indonesia. Dimana program ini memproyeksikan pendapatan petani muda hingga Rp10 juta perbulan melalui mekanisasi modern dan pengelolaan berbasis koorporasi di 12 Provinsi brigade pangan.

“Pemerintah juga harus tetap fokus menjaga lumbung-lumbung pangan di Jawa Barat seperti Karawang, Subang dan Indramayu,” tegasnya.

Dengan menjaga lumbung-lumbung pangan, lanjut dia, termasuk sebagai contoh mendukung program regenerasi petani dan mekanisasi pertanian untuk mengoptimalkan bidang agrikultur di Jawa Barat.

Baca juga: Bell World Beauty Hadir di Bekasi, Siapkan Dokter Spesialis Handal dan Profesional

Sebagai petani muda asal Karawang, Rifki mengaku masih menghadapi berbagai kendala. “Kami di lapangan mengalami kesulitan akses terhadap mekanisasi seperti traktor roda 4 yang tarif sewanya mencapai Rp3,5 juta/hektare. Ini menjadi tantangan besar untuk mendukung regenerasi petani,” ungkapnya.

Maka dari itu, Rifki menggarisbawahi pentingnya pembinaan usaha tani kepada generasi muda, dan adanya bantuan alat mekanisasi pertanian seperti drone, traktor, dan teknologi berbasis IOT smart farming untuk memastikan efisiensi serta meningkatkan daya tarik pertanian bagi generasi muda.