PURWAKARTA – Harga komoditas palawija mengalami lonjakan di tengah musim kemarau berkepanjangan. Meski begitu, petani di Purwakarta justru malah merugi meski harga tanaman palawija naik.
Rupanya, kerugian itu disebabkan kekurangan pasokan air dan cuaca yang sangat panas. Sehingga menyebabkan banyak tanaman palawija mati, mengakibatkan penurunan hasil panen.
Kemarau yang berkepanjangan telah membuat para petani palawija di Desa Margasari, Kecamatan Pasawahan, Kabupaten Purwakarta semakin kesulitan.
Melansir Beritasatu, Ade Mulyana (46), seorang petani yang menanam berbagai jenis palawija seperti terung, peria, kacang panjang, dan emes, mengalami kerugian besar. Bahkan tanaman terung tidak bisa dipanen karena rusak.
Peria yang seharusnya tumbuh baik juga banyak yang mati. Hal yang sama terjadi pada tanaman emes, yang hasilnya tidak optimal.
Ade mengungkapkan bahwa biasanya dia bisa memanen peria hingga satu kwintal per petak, tetapi sekarang hanya 30 kilogram. Ini merupakan kerugian besar mengingat harga peria saat ini mencapai Rp 6.000 per kilogram, dua kali lipat dari harga normal.