JAKARTA – Kepala Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri, Irjen Marthinus Hukom menyebut jika ribuan warga negara Indonesia (WNI) menjadi simpatisan ISIS karena terpengaruh media sosial.
Dikatakannya, hanya dalam kurun waktu 5 tahun, terhitung lebih dari 1.000 WNI pergi menjadi simpatisan ISIS.
Baca juga: Sosok Pegawai BUMN Terduga Teroris di Bekasi, Aktif Ikut Rapat RT tapi Agak Tertutup
“Ketika media sosial mengalami perkembangan yang sangat luar biasa, hanya dalam kurun waktu kurang lebih 3 sampai 5 tahun, lebih dari 1.000 orang warga kita yang pergi ke ISIS,” ucap Marthinus dalam dialog Strategi Pencegahan Terorisme dan Radikalisme, Kamis (24/8).
Marthinus menyebut media sosial berperan besar dalam penyebaran paham-paham radikal dan terorisme di masyarakat.
Perkembangan jaringan teror baik di Indonesia maupun luar negeri meningkat secara signifikan akibat kemajuan teknologi dalam beberapa waktu terakhir.
Marthinus mencontohkan, selama periode tahun 1980-2000, penyebaran paham radikal serta terorisme di masyarakat masih terbatas. Kala itu, peran media sosial belum terasa.
Baca juga: Dua Napi Teroris Karawang Ikrar Setia untuk NKRI
“Contohnya fenomena Al Jamaah Al Islamiyah dan Al Qaeda di Afganistan. Selama 20 tahun hampir 30 tahun hanya menyerap simpatisan dari Indonesia tidak lebih dari 300 orang,” kata dia.
Pengaruh radikalisme dan terorisme saat itu masih tergolong rendah karena penyebarannya masih dilakukan secara konvensional melalui pengajian, buku, hingga pamflet semata.
Kondisi itu, kata dia, berbanding terbalik dengan periode pasca Tahun 2010 ketika era digital dan media sosial sudah berkembang aktif. (*)